Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Emiten Properti Usai BI Pangkas Suku Bunga

Langkan Bank Indonesia memangkas BI Rate memberikan suntikan stimulus terhadap sektor korporasi yang sensitif terhadap suku bunga, seperti emiten properti.
Ana Noviani, Dionisio Damara Tonce
Jumat, 17 Januari 2025 | 08:21
Foto aerial salah satu perumahan subsidi di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial salah satu perumahan subsidi di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Langkan Bank Indonesia memangkas BI Rate memberikan suntikan stimulus terhadap sektor korporasi yang sensitif terhadap suku bunga, seperti emiten properti. Sejumlah analis memberikan pandangan positif terhadap sektor tersebut pada 2025. 

Ismail Fakhri, analis BRI Danareksa Sekuritas, mengatakan pemangkasan suku bunga BI Rate tidak akan langsung mendorong marketing sales perusahaan-perusahaan properti. Namun, sektor properti dinilai telah diperdagangkan dengan rasio RNAV yang terdiskon selama periode pemangkasan suku bunga. 

Lebih lanjut, insentif pajak pertambahan nilai (PPN) dan BPHTB akan mendukung daya beli masyarakat terhadap produk hunian dan mendongkrak prapenjualan developer properti hingga semester II/2025. 

“Kami mempertahankan peringkat overweight untuk sektor properti dengan mempertimbangkan valuasi dan perbaikan prapenjualan,” ujarnya dalam riset dikutip Jumat (17/1/2025). 

Di sektor ini, BRI Danareksa Sekuritas menetapkan saham PT Ciputra DevelopmentTbk. (CTRA) sebagai unggulan teratas dengan rekomendasi beli dan target harga Rp1.700 per saham. 

Di belakangnya, saham PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) mendapat rekomendasi beli dengan target harga Rp640 per saham, PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) dengan target harga Rp800, dan PT Bumi Serpong DamaiTbk. (BSDE) dengan target harga Rp1.550 per saham.

Dalam riset terpisah, analis Maybank Sekuritas juga memberikan pandangan positif terhadap sektor properti pada 2025. Menurutnya, sektor ini diuntungkan oleh fokus pemerintahan Prabowo-Gibran untuk mendorong ekonomi, termasuk program 3 juta rumah.

“Koreksi harga saham secara signifikan terhadap saham emiten properti akibat indeks dolar as yang menguat tajam memberikan entry point yang menarik,” tulisnya dalam riset, dikutip Jumat (17/1/2025). 

Pada 2025, emiten properti dinilai berpotensi memperbaiki posisi leverage dan melakukan ekspansi proyek ke lokasi-lokasi baru sehingga dapat meningkatkan return on equity (ROE) apabila dieksekusi dengan efektif. 

Di sektor ini, Maybank Sekuritas memilih saham CTRA sebagai top pick dengan rekomendasi beli dan target harga Rp1.500 per saham. 

Selain itu, saham BSDE juga diunggulkan karena akan mendapatkan dampak positif dari akuisisi SMDM yang mulai dirasakan pada 2025.

“Kami juga menyukai SMRA karena memiliki proyek greenfield di Tangerang. Meskipun begitu, prapenjualan pada 2024 relatif lemah dan berisiko menjadi faktor penekan,” imbuhnya. 

Untuk saham PWON, Maybank Sekuritas berpandangan emiten pemilik Kota Kasablanka itu cukup atraktif dalam jangka panjang karena memiliki pendapatan berulang yang kuat. Target harga untuk PWON dipatok Rp600 per saham. 

Rekor Marketing Sales Ciputra Development 

Pada perkembangan lain, PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) kembali mencetak rekor baru dengan meraih marketing sales atau prapenjualan sebesar Rp11 triliun pada 2024, meningkat 8% dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan internal, CTRA perolehan prapenjualan tersebut meningkat sebesar 8% secara year on year (YoY). Realisasi itu juga telah memenuhi 99,2% dari target 2024 yaitu Rp11,1 triliun.

Head of Investor Relation Ciputra Development Aditya Ciputra Sastrawinata mengatakan bahwa pencapaian tertinggi itu didorong oleh produk landed residential yang berkontribusi 95% dari total prapenjualan dengan pertumbuhan 6% YoY.

Sementara itu, dari sisi harga, unit dengan banderol Rp2 miliar–Rp5 miliar mendominasi prapenjualan dengan kontribusi 43%. Capaian tersebut juga diikuti oleh unit Rp1 hingga Rp2 miliar yang menyumbang 31% total prapenjualan, sehingga mencerminkan tingginya permintaan pada segmen kelas menengah ke atas. 

“Beberapa faktor utama yang mempengaruhi capaian marketing sales tersebut antara lain adalah strategi diversifikasi geografis dan produk Ciputra,” ujar Aditya saat dihubungi Bisnis pada Kamis (16/1/2025).

Dia memaparkan strategi diversifikasi geografis telah menciptakan pertumbuhan yang signifikan di luar Jabodetabek. Contohnya, Surabaya dan sekitarnya mencatat pertumbuhan 36% secara tahunan karena didorong peluncuran proyek baru, seperti CitraLand Gresik dan dua cluster perumahan baru di CitraLand Surabaya.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, menuturkan bahwa kinerja CTRA diperkirakan mengalami pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih. Hal ini didukung oleh konsistensi perseroan dalam membukukan marketing sales, serta pendapatan berulang atau recurring income

“Target-target yang telah ditetapkan diyakini masih dapat tercapai, terutama dengan adanya penurunan suku bunga oleh bank sentral Indonesia yang telah dimulai pada Januari tahun ini,” ucap Nafan kepada Bisnis.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper