Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandu Sjahrir Dorong BEI Naikkan Nilai Transaksi Perdagangan Saham

Mantan Komisaris BEI Pandu Sjahrir mendorong agar Bursa dapat meningkatkan nilai transaksi harian hingga ke atas US$3 miliar.
Mantan Komisaris BEI Pandu Sjahrir/ Istimewa
Mantan Komisaris BEI Pandu Sjahrir/ Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir mendorong BEI agar bisa meningkatkan nilai transaksi harian dari saat ini.

Pandu Sjahrir menuturkan saat ini nilai transaksi perdagangan Bursa baru mencapai sekitar US$1 miliar hingga US$3 miliar. Menurutnya, angka tersebut belum cukup baik jika dibandingkan negara lain.

"Thailand sudah mencapai US$3 miliar, dan India, sejujurnya menurut saya adalah salah satu kisah sukses terbaik dengan volume sekitar US$13 hingga US$15 miliar. Masih banyak yang perlu dilakukan di sini," ujar Pandu dalam DealStreet Asia Indonesia PE-VC Summit 2025, di Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Dia melanjutkan, ketika berbicara dengan BEI, salah satu dorongan dan hal yang selalu ditekankan Pandu ke manajemen BEI adalah untuk meningkatkan volume perdagangan harian. Menurutnya, hal ini merupakan hal yang paling penting.

Berbicara di depan private equity (PE) dan venture capital (VC), Pandu mengatakan peningkatan volume perdagangan Bursa ini menjadi penting agar investor yang berada di pasar privat dan ingin keluar, dapat menciptakan siklus yang menguntungkan melalui pembiayaan ulang atau daur ulang modal.

Adapun,  Pandu melihat penurunan perdagangan Bursa yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh sentimen eksternal, yaitu dari Amerika Serikat.

Sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menjelaskan Bursa melihat terdapat tiga faktor yang menyebabkan IHSG masih bergerak lesu di awal tahun 2025 ini.

"Pelemahan indeks terjadi di semua Bursa Asia Tenggara, kecuali Amerika Serikat dan China," kata Irvan, Senin (13/1/2025).

Penyebab lain IHSG yang masih lesu menurut Irvan juga dikarenakan nilai transaksi yang masih relatif kecil di awal tahun. Irvan menyebut hal ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

"Penyebab lainnya masih wait and see akan kebijakan tarif Donald Trump, yang saat ini masih belum tau arah dan dampak pastinya," tutur Irvan. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper