Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukalapak Lepas Bisnis Marketplace, Siapa Untung Siapa Buntung?

Ada 77.621 investor minoritas BUKA yang terimbas oleh penurunan harga saham perseroan sebesar 86,58% dari harga IPO.
Ana Noviani, Annisa Kurniasari Saumi
Kamis, 9 Januari 2025 | 10:15
Warga mengakses aplikasi Bukalapak di Cibinong, Kab. Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/3)
Warga mengakses aplikasi Bukalapak di Cibinong, Kab. Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/3)

Bisnis.com, JAKARTA—Keputusan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) untuk menghentikan penjualan barang fisik di marketplace milik perseroan seperti dua sisi mata uang yang menimbulkan dampak negatif dan positif. Siapa yang untung dan buntung dari keputusan tersebut?

Manajemen BUKA memutuskan untuk menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak. Selanjutnya, perusahaan berfokus pada penjualan produk virtual saja, seperti pulsa, voucer gim, dan token listrik. 

Perubahan bisnis ini akan berdampak pada usaha Pelapak. Bukalapak berkomitmen agar proses transisi berjalan dengan halus dan tak mengganggu mereka.  

Dalam masa transisi ini, BUKA telah menyiapkan skema pengembalian saldo dan dana, pengunduhan data transaksi dan riwayat penjualan untuk pelapak dan pembeli. 

BUKA sebelumnya menyampaikan telah mengevaluasi kembali prospek beberapa segmen bisnis dan memutuskan restrukturisasi diperlukan untuk mencapai tujuan strategis BUKA. Berdasarkan pertimbangan itu, BUKA memutuskan untuk berfokus pada bisnis inti seperti Mitra Bukalapak, Gaming, Investment, dan sejumlah layanan di retail. 

Keputusan itu tentu saja berimbas terhadap pemegang 103.121.636.167 saham Bukalapak. Pasalnya, saham BUKA terpantau kian terpuruk di lantai bursa. 

Pada perdagangan Kamis (9/1/2025) hingga pukul 09.30 WIB, saham BUKA melorot 2,56% ke level Rp114 per saham. Di level itu, saham BUKA sudah amblas 86,58% dari harga IPO yang dibanderol Rp850 per saham. Sebagai pengingat, BUKA merupakan emiten dengan nilai IPO terbesar sepanjang sejarah BEI yakni mencapai Rp21,9 triliun.

Anjloknya saham BUKA tentu berpengaruh negatif terhadap para pemegang sahamnya. Merujuk data Biro Administrasi Efek (BAE) Datindo Entrycom per 31 Desember 2024, terdapat tiga investor institusi yang menggenggam lebih dari 5% saham BUKA. 

Mereka ialah PT Kreatif Media Karya (Grup Emtek) yang merupakan pemegang saham terbesar BUKA dengan jumlah saham sebanyak 25.385.649.537 saham atau setara dengan 24,617%. 

Dibelakangnya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) mengantongi 10.681.706.040 saham BUKA atau 10,358% dan Archipelago Investment Pte. Ltd. yang mengoleksi 9.736.593.677 atau 9,442% saham BUKA.

Selain tiga investor kakap itu, masih ada 77.621 investor BUKA dengan kepemilikan saham kurang dari 5%. Apabila diakumulasi mereka menggenggam 57.317.686.913 saham atau 55,58% saham BUKA. Dengan harga saham Rp114, nilai pasar saham BUKA yang dimiliki oleh investor minoritas tersebut mencapai Rp6,53 triliun.


Salah satu dari investor minoritas itu sebut saja bernama Roma. Ketika dihubungi Bisnis, Roma menyampaikan dirinya tertarik untuk mengoleksi saham BUKA karena sektor teknologi sedang naik daun pada 2021. Apalagi, BUKA merupakan startup unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia dan di-endorse oleh begitu banyak pejabat. 

Atas dasar itu, Roma membeli sekitar 10 lot saham BUKA pada level harga Rp850 per saham atau senilai Rp850.000. Roma menyebut tidak memantau gerak saham BUKA secara intensif. Dia sempat melihat uptrend saham BUKA hingga ke kisaran Rp1.000 per saham, tetapi setelah itu tidak lagi memperhatikan penurunan gradual saham emiten teknologi itu.

“Sekarang ya terima saja, pasrah tapi ya masih nyangkut di saham BUKA,” ujarnya. 

Dengan preseden ini, Roma mengaku kapok dan tidak lagi berminat untuk masuk ke saham-saham IPO. Dia memilih untuk mengoleksi saham lain yang masih mencetak cuan.

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan dampak dari penutupan bisnis tersebut belum dapat diukur pengaruhnya karena BUKA tidak memerinci berapa pendapatan yang diperoleh dari penjualan fisik dan virtual. 

"Tapi ini kembali mengingatkan kemarin pada 2023 JD.ID keluar dari Indonesia, Tokopedia menjual sebagian saham ke TikTok. Ini menegaskan bisnis e-commerce itu sangat sulit untuk untung," kata Martha dalam Stockversation Mirae Asset Sekuritas, Rabu (8/1/2025). 

Dengan pengurangan bisnis ini, Martha melihat pendapatan BUKA pasti akan terpengaruh. Hanya saja, kata dia, hal ini berarti unit bisnis BUKA tidak menguntungkan dengan BUKA menghentikan operasional penjualan barang fisiknya. 

"Harapannya ini akan membentuk kembali bisnis Bukalapak menjadi lebih fokus ke bisnis yang lebih menguntungkan," ucap Martha. 

Terpisah, Head of Research Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menuturkan langkah yang diambil BUKA untuk menutup segmen bisnis tersebut merupakan langkah strategis. Hal ini melihat perkembangan industri e-commerce yang memang sangat kompetitif dan belum semua perusahaan mampu mencetak profit.

"Langkah yang diambil Bukalapak untuk menutup segmen bisnis ini adalah langkah strategis perusahaan dalam mengubah business model mereka," kata Jimmy, Rabu (8/1/2025). 

Akan tetapi, lanjutnya, investor dan pelaku pasar sebaiknya mengamati arah perubahan BUKA ke depannya akan seperti apa.

Jimmy juga menjelaskan berdasarkan diskusi dengan manajemen sebelumnya, BUKA memang sedang merencanakan business structuring atau restrukturisasi bisnis. BUKA melakukan restrukturisasi ini dengan target membangun bisnis yang lebih berkelanjutan ke depannya.

"Sehingga kami juga memperkirakan muted growth dari kinerja keuangan BUKA untuk beberapa kuartal ke depannya," ujar Jimmy.

Adapun, Jimmy melihat penutupan lini bisnis tersebut tidak akan berpengaruh terhadap persepsi pasar terhadap sektor e-commerce. Hal ini karena posisi e-commerce BUKA yang memang memiliki pangsa pasar relatif kecil dibandingkan dengan kompetitornya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper