Bisnis.com, JAKARTA – PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) menjalin kolaborasi dengan XtalPi, perusahaan teknologi global yang fokus pada inovasi di bidang farmasi dan material baru dengan penerapan fisika kuantum hingga kecerdasan artifisial (AI).
Widjanarko Brotosaputro, Chief of Strategic Development Officer Pyridam Farma, mengatakan kerja sama tersebut memungkinkan perseroan mengganti metode padat karya dengan sistem berbasis komputasi dan otomatisasi.
Transformasi itu tidak hanya mempercepat uji coba obat, tetapi juga meningkatkan akurasi data, mengurangi biaya, dan memangkas waktu eksperimen.
“Penelitian dan pengembangan berbasis AI memungkinkan kami memprediksi profil keamanan dan efektivitas obat sejak tahap awal,” ujar Widjanarko dalam keterangan tertulis, Selasa (31/12/2024).
XtalPi, yang sebelumnya bermitra dengan perusahaan farmasi global seperti Pfizer dan Eli Lilly Co., juga berencana mengintegrasikan sistem robotik dengan ratusan model AI ke dalam proses penelitian dan pengembagan (R&D) PYFA.
Chief Scientific Officer XtalPi Peiyu Zhang menuturkan, pendekatan perusahaan yang menggabungkan AI, fisika kuantum, serta robotika, berpotensi merevolusi pengembangan obat dengan meningkatkan efisiensi dan presisi.
Baca Juga
Langkah tersebut diperkirakan mempercepat peluncuran produk farmasi berkualitas dengan wawasan berbasis data, memperkuat posisi Pyridam Farma di pasar global, dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Sementara itu, jika ditelisik dari kinerja, PYFA melaporkan penjualan bersih sebesar Rp1,16 triliun hingga kuartal III/2024. Meski demikian, perseroan tercatat membukukan rugi bersih akibat biaya akuisisi Probiotec.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, kinerja penjualan PYFA tembus Rp1,16 triliun atau meningkat sebesar 123% jika dibandingkan dengan capaian penjualan tahun sebelumnya yakni Rp520,47 miliar.
Meroketnya penjualan PYFA pada kuartal III/2024 terutama didorong oleh peningkatan penjualan produk farmasi, esthetic, and jasa maklon sebesar Rp1,29 triliun, dari sebelumnya Rp617,8 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, kontribusi dari akuisisi Probiotec di Australia yang selesai pada Juni pada tahun ini turut memperkuat top line perseroan. Kemudian, penjualan ekspor produk farmasi meningkat menjadi Rp3,8 miliar dari Rp1,1 miliar pada kuartal III/2023.
Pendapatan sebelum pajak, bunga, dan depresiasi (EBITDA) PYFA kemudian mengalami kenaikan signifikan, mencapai Rp89,61 miliar atau melesat 60% dari Rp56,12 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Meski begitu, PYFA melaporkan kerugian bersih sebesar Rp214,27 miliar untuk periode 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2024, meningkat 302% dari sebelumnya Rp53,21 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.