Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja saham emiten sektor otomotif seperti ASII hingga IMAS kompak mengalami penurunuan sepanjang 2024, terimbas penjualan otomotif dalam negeri yang lesu dalam beberapa waktu terakhir.
Harga saham PT Astra International Tbk. (ASII) misalnya turun 1,41% ke level Rp4.880 pada penutupan perdagangan Selasa (24/12/2024). Harga saham ASII pun ambles 14,39% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).
Kemudian, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) juga terpantau mengalami pelemahan 0,56% ke level Rp885 per lembar pada penutupan perdagangan Selasa (24/12). Sepanjang tahun berjalan 2024, harga saham IMAS juga terpantau terjun 38,97% atau jatuh lebih dalam dibandingkan saham ASII.
Emiten otomotif lainnya PT Putra Mandiri Jembar Tbk. (PMJS) mencatatkan penurunan harga saham 15,75% ytd dan harga saham PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharm Tbk. (CARS) juga turun 11,58% ytd.
Begitu juga dengan emiten komponen otomotif. Harga saham PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) misalnya turun 6,69% ytd dan PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) ambrol 33,33% ytd.
Kinerja saham emiten otomotif yang jeblok pada tahun ini beriringan dengan penjualan yang sedang dalam tren turun. Sepanjang 11 bulan 2024, penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 784.788 unit turun 14,7% secara tahunan (year on year/yoy). Lalu, penjualan mobil secara retail menjadi 806.721 unit turun 11,2% yoy.
Baca Juga
Sehingga run rate penjualan mobil jika menggunakan target sebelumnya dari Gabungan Industri Kendaran Bermotor Indonesia (Gaikindo) sebesar 1,1 juta unit, hanya terealisasi 71%.
"Penjualan otomotif belum menunjukkan adanya perbaikan sepanjang tahun ini," tulis Tim Riset Panin Sekuritas pada beberapa waktu lalu.
Adapun, Tim Riset Panin Sekuritas menilai pada 2025 kondisi penjualan otomotif pun masih belum bergeliat, sebab daya beli masyarakat masih lemah.
"Kami melihat keadaan ekonomi 2025 akan semakin menantang, menyusul dengan pemberlakuan PPN [pajak pertambahan nilai] 12% untuk barang mewah hingga opsen pajak yang dapat memengaruhi harga mobil baru," tulis Tim Riset Panin Sekuritas.
Untuk emiten terkait otomotif, Panin Sekuritas merekomendasikan buy di ASII dengan penyesuaian target harga sebesar Rp5.800 per lembar.
Analis Bahana Sekuritas Jeremy Mikael dalam risetnya menilai kenaikan PPN dan beban pajak baru akan memberikan hambatan bagi emiten otomotif seperti ASII dan IMAS.
Sentimen PPN 12%
Sebagai informasi, pemerintah akan menaikan tarif PPP dari 11% menjadi 12% pada Januari 2025. Terdapat pula opsen pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Opsen pajak merupakan pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu, berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD).
Menurut riset Bahana Sekuritas, pemerintah akan memperkenalkan beban pajak daerah baru yang berpotensi meningkatkan harga kendaraan mobil dan motor di provinsi-provinsi utama sebesar 4% - 7%.
Karena adanya pajak baru, Bahana Sekuritas pun memperkirakan penjualan mobil nasional akan turun 4,1% yoy menjadi 825.000 unit pada 2025.
"Kenaikan PPN dikombinasikan dengan menyusutnya pendapatan kelas menengah dan lemahnya daya beli juga dapat menimbulkan tantangan tambahan," ujar Jeremy dalam risetnya pada awal bulan ini (5/12/2024).
Bahana Sekuritas pun menurunkan peringkat ASII menjadi hold karena ketidakpastian regulasi dan prospek daya beli yang lemah di segmen kendaraan roda empat serta roda dua. Adapun, Bahana Sekuritas masih mempertahankan target harga saham ASII di level Rp5.600 per lembar.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.