Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia terpantau menguat pada Senin (23/12/2024) bersama dengan aset berisiko lainnya. Penguatan ini seiring data inflasi Amerika Serikat (AS) yang menurun, menghidupkan kembali harapan pelonggaran kebijakan lebih lanjut tahun depan yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.
Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah jenis Brent naik 37 sen atau 0,51% menjadi US$73,31 per barel pada pukul 11.04 WIB. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 40 sen, atau 0,5%, menjadi US$69,86 per barel.
"Aset berisiko, termasuk ekuitas berjangka AS dan minyak mentah, telah memulai minggu ini dengan pijakan yang lebih kuat," kata analis pasar IG Tony Sycamore.
Dia menambahkan, data inflasi yang lebih dingin membantu meredakan kekhawatiran setelah pemangkasan suku bunga hawkish Federal Reserve.
"Saya pikir Senat AS yang meloloskan undang-undang untuk mengakhiri penutupan sementara selama akhir pekan telah membantu," katanya.
Kedua patokan harga minyak turun lebih dari 2% minggu lalu karena kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak setelah bank sentral AS mengisyaratkan kehati-hatian atas pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut. Riset dari perusahaan penyulingan minyak terkemuka Asia, Sinopec, yang menunjukkan konsumsi minyak China mencapai puncaknya pada tahun 2027 juga membebani harga.
Baca Juga
Kekhawatiran tentang pasokan Eropa mereda setelah adanya laporan bahwa jaringan pipa Druzhba, yang mengirimkan minyak Rusia dan Kazakhstan ke Hungaria, Slowakia, Republik Ceko, dan Jerman, telah kembali beroperasi setelah terhenti pada hari Kamis karena masalah teknis di stasiun pompa Rusia.
Pengiriman dilanjutkan pada hari Sabtu, menurut kantor berita negara BelTa di Belarus. Pada Minggu (22.12.2024), Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto mengatakan pasokan Druzbha ke negara tersebut telah dimulai kembali.
Sebelum penghentian tersebut, jaringan pipa tersebut mengirimkan 300.000 barel minyak mentah per hari.
Presiden AS Donald Trump pada Jumat (20/12/2024) lalu mendesak Uni Eropa untuk meningkatkan impor minyak dan gas AS atau menghadapi tarif atas ekspor blok tersebut.
Komisi Eropa mengatakan siap untuk berdiskusi dengan Trump tentang cara memperkuat apa yang digambarkannya sebagai hubungan yang sudah kuat, termasuk di sektor energi.
Trump juga mengancam akan menegaskan kembali kendali AS atas Terusan Panama pada hari Minggu, menuduh Panama mengenakan tarif yang berlebihan untuk menggunakan jalur Amerika Tengah tersebut dan menuai teguran keras dari Presiden Panama Jose Raul Mulino.
Sementara itu, laporan dari Baker Hughes menyebut, jumlah rig minyak yang beroperasi di AS naik satu menjadi 483 minggu lalu, tertinggi sejak September 2024.