Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.080 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (18/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan naik 0,13% atau 20,5 poin ke posisi Rp16.080 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat tipis 0,01% ke posisi 106,660.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,11%, dolar Singapura melemah sebesar 0,01%, baht Thailand melemah 0,06%, ringgit Malaysia melemah 0,18%, rupee India melemah 0,04%, peso Filipina melemah 0,14%, dan dolar Taiwan melemah sebesar 0,06%.
Sementara itu mata uang yang menguat ada yuan China yang menguat sebesar 0,01%, dan won Korea menguat 0,04%. Lalu dolar Hong Kong stagnan 0,00%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi telah memprediksi sebelumnya bahwa perdagangan hari ini (18/12) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.080-Rp16.170 per dolar AS.
Dia sebelumnya mengatakan bahwa kemarin (17/12/2024) mata uang rupiah ditutup melemah 98 poin ke level Rp16.099 dari sebelumnya sempat melemah 100 poin ke level Rp16.000 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan bahwa pasar menunggu keputusan suku bunga dari bank sentral utama pada akhir pekan ini, sementara itu data ekonomi China yang lemah dirilis sehari sebelumnya mengikis sentimen risiko. Selain pertemuan The Fed, keputusan suku bunga dari Jepang dan Indonesia, menjadi fokus pada pekan ini.
Adapun dalam pertemuan Fed pada pekan ini, menurutnya bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin tetapi juga menandai laju pemotongan yang lebih lambat untuk 2025.
Dia mengatakan bahwa prospek suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, ketidakpastian seputar arah kebijakan Fed di masa mendatang telah menimbulkan keraguan pasar.
Reuters melaporkan bahwa Bank of Japan (BOJ) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga dan tidak berubah pada pekan ini, berbeda dengan ekspektasi sebelumnya tentang kenaikan. Bank Indonesia (BI) akan memutuskan suku bunga utamanya pada Rabu (18/12/2024).
Adapun dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan bahwa pemerintah resmi mengumumkan paket kebijakan insentif fiskal kepada masyarakat, sebagai kompensasi kenaikan pajak pertambahan nilai atau PPN menjadi 12% pada 1 Januari 2025.
Dia menjelaskan bahwa barang atau jasa kebutuhan pokok masyarakat masih akan dibebaskan PPN. Selain itu, ada barang atau jasa lainnya yang diberikan insentif meski dikenai PPN 12%.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan setidaknya ada 12 insentif fiskal yang diberikan pemerintah pada tahun depan. Belasan kebijakan tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu insentif untuk masyarakat berpendapatan rendah, insentif untuk kelas menengah, dan insentif untuk UMKM/wirausaha/industri.