Bisnis.com, JAKARTA – Grup emiten pelat merah dari keluarga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menerbitkan surat utang atau obligasi senilai total Rp40,64 triliun sepanjang Januari hingga November 2024.
Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Irmawati Amran menyampaikan nilai penerbitan surat utang nasional sepanjang Januari – November 2024 telah mencapai Rp130,18 triliun.
“Memang paling banyak yang menerbitkan surat utang di tahun 2024 adalah multifinance,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Rabu (11/12/2024).
Di dalamnya, penerbitan surat utang dari BUMN senilai Rp40,64 triliun dan perusahaan di luar BUMN menyumbang Rp89,53 triliun.
Secara sektoral, dia mengatakan industri multifinance atau pembiayaan mendominasi penerbitan surat utang nasional dengan total nilai Rp30,52 triliun. Pembiayaan BUMN berkontribusi Rp2,77 triliun, sedangkan non-BUMN Rp30,52 triliun.
Sementara itu, khusus penerbitan surat utang BUMN, industri lembaga keuangan khusus pelat merah mencatatkan nilai penerbitan surat utang terbesar senilai Rp13,23 triliun, yang terdiri atas obligasi Rp12,3 triliun dan sukuk Rp926,67 miliar.
Baca Juga
Adapun industri pembiayaan non-multifinance menyusul dengan nilai penerbitan surat utang sebesar Rp8,64 triliun. Nilai tersebut mencakup penerbitan obligasi senilai Rp3,61 triliun dan sukuk mencapai Rp4,69 triliun.
Selanjutnya adalah sektor perbankan pelat merah. Pefindo mencatat nilai penerbitan surat utang yang hanya terdiri dari obligasi sudah mencapai Rp6,94 triliun.
Dalam perkembangan lain, Pefindo mencatat surat utang korporasi senilai total Rp156,6 triliun dari 127 perusahaan akan jatuh tempo pada tahun depan. Adapun nilai ini didominasi oleh sektor multifinance dan perbankan.
Dari jumlah itu, Irmawati memerinci nilai total obligasi jatuh tempo tembus Rp129 triliun, sukuk Rp20,1 triliun, dan medium term notes (MTN) senilai Rp7 triliun.
Berdasarkan sektornya, sebanyak 22 perusahaan multifinance atau pembiayaan akan menghadapi jatuh tempo surat utang senilai total Rp29,7 triliun pada 2025.
Sektor berikutnya adalah perbankan. Berdasarkan data Pefindo, sebanyak 17 perbankan mencatatkan surat utang jatuh tempo senilai Rp24,1 triliun. Posisi tersebut disusul sektor pulp and paper yang mencapai Rp20,2 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.