Bisnis.com, JAKARTA — Manajemen restoran pengelola jaringan KFC, PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) mengungkapkan ada tujuh penyebab utama perseroan mengalami kerugian hingga menutup banyak gerai.
Direktur FAST Wahyudi Martono mengatakan ada beberapa faktor negatif yang menyebabkan penurunan kinerja perseroan pada 2023 hingga 2024.
Pertama, dia menjelaskan yakni adanya faktor dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang berdampak terhadap seruan boikot terhadap produk terafiliasi Israel. Adapun, KFC sebagai produk asal AS ini dinilai mendukung aksi Israel di Palestina.
"[Seruan boikot] ini menyebabkan terjadinya penurunan signifikan dari pendapatan kami di akhir kuartal 2023 yang berkelanjutan juga sampai dengan 2024," katanya dalam Public Expose, Jumat (29/11/2024).
Kedua, dia menjelaskan bahwa rantai pasok yang terganggu yang menyebabkan volatilitas harga komoditas dan adanya perubahan iklim ekstrim di beberapa kawasan yang berdampak pada produksi komoditas yang terbatas.
Ketiga, kenaikan harga komoditas pangan di tingkat global yang kemudian berdampak terhadap harga bahan baku yang mahal untuk proses produksi.
Baca Juga
"Impact daripada keadaan ini adalah terjadinya tekanan inflasi kepada bahan-bahan baku yang kita harus beli," ucapnya.
Keempat, dia mengatakan terjadinya persaingan yang semakin ketat dengan Quick Service Restaurant (QSR) terkenal lainnya yang sama-sama memanfaatkan kondisi pasca-pandemi. Adapun, kompetisi dengan QSR baik lokal maupun global yang tidak mendapatkan boikot seperti yang dialami KFC.
Kelima, adanya kenaikan upah minimum secara nasional yang tidak bisa ditutupi dengan penyesuaian harga menu yang minimal.
"Seperti kita ketahui bahwa kami mengambil sikap kenaikan harga tidak dilakukan di kuartal IV/2023 sampai dengan sekarang 2024. Hal ini menyebabkan kami tidak bisa mentransfer kenaikan dari upah minimum, yang berdampak kepada kami," ujarnya.
Keenam, adanya kenaikan kurs yang mengakibatkan kenaikan harga bahan baku impor. Menurutnya, meski tidak signifikan secara presentasenya terhadap bahan baku yang dibeli perseroan, tetapi terjadi kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang dampaknya juga dirasakan oleh perseroan.
"Karena ada beberapa bahan seperti marinasi yang kita masih impor sampai sekarang," tambahnya.
Terakhir, penyebab ketujuh adalah adanya penurunan daya beli masyarakat yang menyebabkan transaksi pembelian mengalami penurunan.
Wahyudi melanjutkan, manajemen FAST mengaku optimistis bahwa kondisi yang dialami pada 2023 dan 2024 ini dapat diperbaiki. Salah satu harapan melihat peningkatan produktivitas penjualan yang didukung dengan teknologi digital melalui KFCku Apps, Pay n Pick, dan layanan Drive thru.
Selain itu, dia mengatakan perseroan juga menjalin kerja sama yang intensif dengan agregator untuk meningkatkan transaksi online.
Hal itu dilakukan dengan memberikan program promosi yang menarik, serta mempertahankan kualitas produk, kebersihan dan pelayanan untuk mencapai 100% OE (Operation Excellence).
PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) membukukan rugi bersih Rp557,08 miliar hingga kuartal III/2024. Kerugian tersebut berimbas terhadap keputusan perusahaan yang pada akhirnya menetapkan untuk menutup sebanyak 47 gerai KFC hingga September 2024, di antaranya 3 gerai di Sulawesi, 1 gerai di Bali, 39 gerai di Jawa dan 4 gerai di Sumatera.
Adapun di dalam paparan FAST dalam Public Expose, tercatat perusahaan saat ini mengoperasikan 715 gerai restoran hingga 30 September 2024, dari sebelumnya 762 gerai pada 31 Desember 2023.
Penutupan gerai tersebut berimbas terhadap efisiensi karyawan sebanyak 2.274 orang. Saat ini ada sebanyak 13.715 karyawan hingga 30 September 2024, dari 15.989 karyawan pada 31 Desember 2023.