Bisnis.com, JAKARTA — PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) telah mencatatkan rugi yang membengkak mencapai Rp131,27 miliar per kuartal III/2024. Sebelumnya, BATA telah tutup pabrik di Purwakarta hingga PHK massal ratusan karyawan.
Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko mengatakan sejak pandemi Covid-19, penjualan BATA lesu hingga mencatatkan rugi. "Covid-19 merusak tatanan di BATA yang tadinya profit. Sekarang belum mencapai perbaikan yang diinginkan," ujarnya dalam public expose pada Kamis (28/11/2024).
Pada kuartal III/2024, BATA pun masih membukukan rugi sebelum pajak sebesar Rp131,27 miliar. Bahkan ruginya membengkak lebih dari dua kali lipat atau 151% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp52,33 miliar.
Bengkaknya rugi terjadi seiring dengan penjualan yang turun 26% pada kuartal III/2024 menjadi Rp363,27 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp488,47 miliar.
"Apa yang terjadi di 2024 kita masih belum bangkit, karena tahun ini kita restructuring. Ada penutupan factory dan penghentian pegawai," tutur Hatta.
BATA sendiri telah menutup pabrik di Purwakarta pada April 2024 lalu. Kemudian, BATA telah menyelesaikan proses pemutusan kontrak kerja dan membayar pesangon kepada karyawan yang terkena dampaknya sebesar Rp16,7 miliar hingga Mei 2024. Berdasarkan catatan Bisnis.com, saat itu terdapat ratusan pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca Juga
Sebelumnya, BATA telah terlebih dahulu menjual pabriknya di Kalibata, Jakarta pada 2009. Setelah saat itu, semua produksi berada di pabrik Purwakarta.
Kini, BATA menjalankan bisnis dengan mengandalkan 100% produksi dari suplier lokal. "Jalan keluarnya, kita kerja sama dengan suplier lokal agar perbaiki posisi keuangan," ujarnya.
Pusat distribusi pun dipindah dari Purwakarta ke Jakarta. BATA juga berkerja sama dengan perusahaan logistik dalam mengelola barang di warehouse yang kemudian disalurkan ke toko-toko Sepatu Bata.
Akan tetapi, Hatta mengatakan BATA optimistis mampu mencatatkan perbaikan kinerja keuangan ke depannya. BATA diproyeksikan akan berhenti rugi pada 2025.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.