Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dengan parkir di level Rp15.934 sore ini, Selasa (26/11/2024). Pelemahan terhadap dolar AS ini juga diikuti oleh sebagian besar mata uang Asia lainnya.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,33% ke level Rp15.934 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS tercatat menguat 0,28% ke level 107,19 sore ini.
Mata uang Asia lainnya seperti dolar Singapura ditutup menguat 0,2%, dolar Taiwan turun 0,02% dan peso Filipina ikut melemah 0,02%.
Selain itu, yuan China dan ringgit Malaysia masing-masing melemah 0,16% dan 0,31%.
Di sisi lain, yen Jepang ditutup menguat 0,22%, dolar Hong Kong menguat 0,19% dan won Korea Selatan menguat 0,13%.
Melansir Reuters, dolar menguat terhadap mata uang utama lainnya pada hari Selasa setelah Presiden terpilih AS, Donald Trump, berjanji untuk memberlakukan tarif pada semua impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif tambahan pada China.
Baca Juga
Di sisi lain, pasar saham melemah, terdorong oleh pencalonan manajer dana Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan, yang dianggap oleh investor sebagai suara Wall Street di Washington.
Penunjukan Bessent juga menyebabkan penurunan tajam pada imbal hasil obligasi AS, karena investor berbondong-bondong membeli obligasi Treasury, yang membuat dolar melemah pada sesi sebelumnya.
"Seolah-olah Trump ingin mengingatkan pasar siapa yang memegang kendali, setelah mencalonkan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan," kata Matt Simpson, Senior Market Analyst City Index.
Trump mengatakan bahwa pada hari pertamanya menjabat, dia akan memberlakukan tarif 25% pada semua produk dari Meksiko dan Kanada, serta tarif tambahan sebesar 10% pada barang dari China, dengan alasan kekhawatiran terhadap imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba terlarang.
"Hanya bulan lalu Trump mengatakan bahwa 'kata paling indah dalam kamus adalah tarif', jadi seharusnya tidak ada kejutan terkait niat Trump, hanya pada waktu pernyataannya," kata Sean Callow, Senior FX Analyst di ITC Markets.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.