Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Emiten Nikel MBMA, NCKL Cs Berisiko Terganjal Kebijakan Impor Donald Trump

Kinerja emiten tambang nikel dalam negeri seperti MBMA, NCKL hingga HRUM berisiko terganjal kebijakan impor Donald Trump.
Kinerja emiten tambang nikel dalam negeri seperti MBMA, NCKL hingga HRUM berisiko terganjal kebijakan impor Donald Trump. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Kinerja emiten tambang nikel dalam negeri seperti MBMA, NCKL hingga HRUM berisiko terganjal kebijakan impor Donald Trump. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah sekuritas menilai kebijakan tarif impor presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump bakal menekan kinerja emiten tambang nikel dalam negeri seperti MBMA, NCKL hingga HRUM.

Alasannya, tekanan tarif yang sebagian besar diarahkan untuk China diperkirakan bakal mengurangi permintaan turunan nikel untuk industri baja nirkarat dan kendaraan listrik di negara tersebut.

“Kebijakan mengenai tarif impor yang cukup tinggi terhadap China dan mitra dagang lainnya berpotensi menurunkan permintaan barang dari China dan permintaan bahan baku nikel akan berkurang,” kata Investment Analyst PT Indo Premier Sekuritas Indri Liftiany saat dikonfirmasi, Rabu (13/11/2024).

Apalagi, sejumlah paket stimulus yang dikeluarkan China belakangan belum mampu mengerek kinerja manufaktur negeri Tirai Bambu. Konsekuensinya permintaan untuk bahan baku industri dari China dikhawatirkan stagnan untuk tahun depan. 

Kendati demikian, Indri menilai, kinerja emiten nikel di dalam negeri masih berpotensi tumbuh dengan konsen hilirisasi mineral logam yang didorong pemerintah saat ini.

“Prospek nikel masih cukup menarik dengan adanya program hilirisasi,” kata Indri.

Di sisi lain, Analis Panin Sekuritas Rizal Nur Rafly mengatakan situasi itu belakangan makin ditekan dengan posisi oversupply nikel di pasar. Situasi itu, menurut dia, bakal memperberat harga nikel untuk tahun depan.

“Ke depannya permintaan dari China akan dipengaruhi oleh seberapa besar insentif moneter dari Bank Sentral China (PBOC) untuk membangitakan kembali industri properti dan manufaktur China,” kata Rafly.

Sementara itu, Rafly berpendapat, dua emiten nikel seperti MBMA dan NCKL masih menarik untuk dicermati di tengah peluang peningkatan volume penjualan pada 2025 nanti.

“Emiten yang masih main di volume penjualan, seperti MBMA dan NCKL,” kata dia.

Di sisi lain, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyarankan investor untuk menimbang emiten nikel seperti HRUM dan ANTM di tengah kekhawatiran kontraksi harga jual nikel di pasar tahun depan.

Research Analyst Mirae Asset Rizkia Darmawan mengatakan kedua emiten itu cenderung memiliki diversifikasi bisnis yang solid. Dengan demikian, kinerja emiten tambang nikel itu bisa terkompensasi di tengah kekhawatiran penurunan harga nantinya.

“Harga nikel sekarang lebih rendah untuk emas sendiri tinggi, kita lebih suka Antam,” kata Darmawan.

Mirae Asset memproyeksikan harga nikel bakal bertahan di level US$16.000 sampai dengan US$16.350 per ton apabila perlambatan manufaktur dari China berlanjut tahun depan. Apalagi, kata Darmawan, kebijakan tarif impor yang dikenakan AS bakal ikut menekan permintaan dari China nantinya.

Sementara itu, proyeksi harga dikerek naik ke level US$19.000 per ton apabila terjadi tensi geopolitik yang signifikan mendorong harga komoditas tahun depan.

“Harapan kita ke depan pemerintah juga bisa memberikan inisiatif terkait dengan industri nikel seperti intervensi di RKAB dan investasi yang lebih hilir lagi,” kata dia.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper