Bisnis.com, JAKARTA — Raksasa tekstil PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) tengah menyusun rencana skema restrukturisasi kepada kreditor seiring dengan perpanjangan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sampai 22 November 2024.
Menukil laporan keuangan PBRX pada kuartal pertama 2024, perseroan mencatatkan total liabilitas sebesar US$364,98 juta atau sekitar Rp5,73 triliun (asumsi kurs Rp15.710 per dolar AS).
Sementara itu, liabilitas jangka panjang PBRX tercatat sebesar US$176,71 juta atau sekitar Rp2,77 triliun.
Sebagian besar liabilitas jangka panjang itu berasal dari komponen obligasi sebesar US$170,65 juta atau sekitar Rp2,68 triliun.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menganfirmasi peringkat jangka panjang issuer default rating untuk PBRX di RD.
Fitch turut menganfirmasi peringkat obligasi senior tanpa jaminan senilai US$171 juta yang jatuh tempo Desember 2025, yang diterbitkan oleh PB International B.V. di C dengan Peringkat Recovery RR4.
Baca Juga
PB International B.V merupakan anak usaha dari PBRC yang berbasis di Belanda. Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Nasional Pan Brothers di RD.
“Tindakan pemeringkatan ini mengikuti proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Pan Brothers yang diperpanjang, karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk memverifikasi klaim kreditor,” tulis Fitch dalam keterangan resmi, dikutip Senin (28/102024).
Seperti diketahui, peringkat nasional RD mengindikasikan suatu emiten, dalam pandangan Fitch, mengalami gagal bayar atas surat utang, pinjaman atau kewajiban keuangan material lainnya tetapi belum menjalani pengajuan pailit, administrasi, receivership, likuidasi atau prosedur formal penutupan perusahaan lainnya, dan juga tidak menghentikan kegiatan bisnis.
Selain itu, Fitch turut menyoroti ihwal kas yang dimiliki PBRX sampai kuartal pertama 2024 di level US$21 juta. Menurut pandangan Fitch, kas itu tidak mampu menutupi jatuh tempo utang jangka pendek, yang sebagian besar terdiri dari pinjaman sindikasi senilai US$123 juta.
“Negosiasi terus berlanjut mengenai perpanjangan pinjaman sindikasi senilai US$124 juta yang jatuh tempo pada Desember 2023, karena perusahaan tidak memiliki dana untuk melunasi pinjaman tersebut,” tulis Fitch.
Bisnis.com telah menghubungi Wakil Direktur Utama PBRX, Anne Patricia Sutanto untuk mengonfirmasi ihwal rencana restrukturisasi utang tersebut. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi.
Melansir Bloomberg, PBRX dan penasihat restrukturisasinya telah menyampaikan rencana restrukturisasi utang itu kepada kreditur pekan lalu, sembari mengajukan proposal kepada pemegang obligasi pekan ini.
PBRX berencana memangkas beban utangnya dari sekitar $325 juta menjadi $140 juta. Nilai ini berdasarkan tingkat yang dianggap berkelanjutan berdasarkan proyeksi keuangan 15 tahun.
Dalam skema awal ini, Pan Brother berencana untuk mengubah surat utang dolar yang beredar dan setengah dari pinjaman bilateralnya menjadi obligasi wajib konversi.
Surat utang ini diminta tidak dikenakan bunga dan akan diubah menjadi ekuitas setelah 10 tahun. Pemegang akan mengendalikan 51% saham di pembuat tekstil tersebut setelah konversi, jelas sumber Bloomberg.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.