Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Permintaan Suram, Harga Minyak Global Semakin Dingin

Harga minyak dunia anjlok lebih dari 4% ke level terendah dalam dua minggu seiring dengan prospek permintaan yang lebih lemah.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia anjlok lebih dari 4% ke level terendah dalam dua minggu seiring dengan prospek permintaan yang lebih lemah. Sementara itu, pernyataan Israel yang tidak akan menyerang situs nuklir dan minyak Iran mengurangi kekhawatiran akan gangguan pasokan.

Mengutip Reuters pada Rabu (16/10/2024), harga minyak mentah berjangka Brent turun 4,14% atau US$3,21 ke level US$74,25 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 4,4% atau US$3,25 pada US$70,58 per barel.

Kedua harga minyak sempat terkoreksi sebesar US$4 dan mencatatkan level terendah sejak awal Oktober, setelah turun sekitar 2% pada perdagangan sebelumnya.

“Kami melihat hilangnya premi perang yang kami kumpulkan minggu lalu. Apa yang kami lihat, ini bukan soal pasokan, tapi risiko terhadap pasokan dan permintaan,” kata Phil Flynn, Senior Analyst di Price Futures Group.

Adapun, harga minyak Brent dan WTI telah turun sekitar US$5 sepanjang minggu ini, hampir menghapus kenaikan kumulatif yang diperoleh setelah investor khawatir Israel akan menyerang fasilitas minyak Iran sebagai pembalasan atas serangan rudal Teheran pada 1 Oktober.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa pihaknya bersedia menyerang sasaran militer Iran dan bukan sasaran nuklir atau minyak, Washington Post melaporkan pada Senin malam.

Baik Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) pada minggu ini memangkas perkiraan mereka mengenai pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2024, dan China merupakan pihak yang paling banyak melakukan penurunan peringkat tersebut.

John Evans dari pialang minyak PVM menyebut, OPEC memproyeksikan ekspansi permintaan global yang jauh lebih kuat pada tahun ini dibandingkan IEA. 

“Namun penyesuaian yang lebih rendah ini hanyalah sebuah angan-angan,” kata Evans.

Sementara itu, Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, menuturkan, OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, mungkin mengubah rencana produksi pada akhir tahun ini.

“Saya pikir OPEC+ akan menunda peningkatan produksi pada akhir tahun ini,” kata Lipow.

Dia menambahkan, harga minyak mentah saat ini berada di bawah tingkat yang dibutuhkan banyak negara untuk memenuhi anggaran nasional mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper