Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos TOBA Pandu Sjahrir Blak-blakan Langkah Menjauh dari Batu Bara

Salah satu bos PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) Pandu Sjahrir membeberkan alasan divestasi PLTU, rencana penggunaan keuntungan, hingga bisnis hijau perseroan.
Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Tbk. (TOBA) Pandu Sjahrir / Istimewa
Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Tbk. (TOBA) Pandu Sjahrir / Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA —Salah satu bos PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) Pandu Sjahrir tampil di depan publik pada hari yang sama dengan pengumuman penjualan aset dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pandu membeberkan alasan divestasi, rencana penggunaan keuntungan, hingga roadmap transformasi TOBA menuju bisnis hijau.

Pada Selasa (8/10/2024), Pandu Sjahrir yang menjabat sebagai Wakil Direktur Utama TOBA itu tampil sebagai salah satu pembicara dalam SDGs Annual Conference 2024 Sesi Panel III yang mengusung tema Menyinergikan Peluang Pendanaan untuk Mengakselerasi Ekonomi Hijau. 

Dalam forum tersebut Pandu menyinggung soal langkah TBS Energi menjual coal fire power plant (CFPP). Seperti diketahui, pada Selasa (7/10/2024), TOBA mengumumkan langkah divestasi dua aset PLTU melalui penjualan seluruh saham milik perseroan, baik langsung maupun tidak langsung di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).

Sebagai informasi, TBS Energi memiliki 90% kepemilikan saham di PLTU Sulut-3. TOBA berkongsi dengan Sinohydro Corporation Limited yang menggenggam 10% saham di PLTU berkapasitas 100 MW itu. 

Sementara itu, komposisi pemegang saham dalam proyek PLTU Sulbagut-1 terdiri atas 80% TBS dan 20% Shanghai Electric Power Construction (SEPC). 

“Dari equity yang kami investasikan sekitar US$80 juta, kami dapat untung US$150 juta. Tapi lebih dari itu yang paling penting adalah kami shift dari emisi karbon setara dengan 1,3 juta ton,” paparnya, dikutip Rabu (9/10/2024). 

Pandu mengaku sempat deg-degan melepas bisnis PLTU perseroan. Apalagi bisnis itu menghasilkan arus kas yang stabil dan menjanjikan dividen yang jelas. 

Meski begitu, langkah penjualan aset terkait dengan batu bara harus dilakukan agar bisnis hijau yang dirintis TOBA bisa berkembang. Terlebih, TOBA punya target ambisius yakni mencapai netralitas karbon pada 2030. 

“Per hari ini, karena saya bisnis batu bara orang tuh gak mau beli saham saya, belinya buat dividen. Investor sekarang bilang ‘kalau mayoritas pendapatan kamu bukan batu bara baru saya masuk’,” ungkapnya.

Dana yang diperoleh dari divestasi aset terkait batu bara, kata Pandu, akan digunakan TOBA untuk investasi baru di sektor non-coal. Hal itu sejalan dengan perubahan arah bisnis TOBA ke sektor energi terbarukan alias renewable

“Satu satunya cara ialah berubah ke bisnis hijau. Yang kami cari adalah bisnis di mana bank pasti mau mendanai, harus ada cashflow. DNA kami B to B [business to business],” imbuhnya. 

Pandu kemudian menjelaskan tiga bisnis hijau yang sedang dikembangkan oleh TOBA di tengah transisi energi yang kian nyata secara global. Tiga bisnis itu ialah pembangkit listrik renewable energy, ekosistem kendaraan listrik roda dua, dan pengelolaan sampah (waste management).

Menurutnya, langkah TBS Energi terjun ke bisnis pengelolaan sampah dimulai dengan ‘ide gila’ membeli perusahaan waste management khusus di pengelolaan limbah medis di Singapura. Berdasarkan catatan Bisnis, TOBA mengakuisisi Asia Medical Enviro Services Pte. Ltd. senilai 60 juta dolar Singapura pada Agustus 2023. Sumber dananya berasal dari divestasi saham TOBA di proyek PLTU Paiton Energy pada akhir 2019.

“Untung di Paiton saya pakai untuk beli medical waste management di Singapura. Sekitar 98% sampah medis di Singapura kami yang urus, kami monopoli di sektor ini,” kata Pandu. 

Langkah maju di bisnis ini ditempuh TOBA dengan mengakuisisi ARAH Environmental pada Desember 2023. ARAH Environmental merupakan sebuah bisnis pengolah limbah yang berbasis di Jabodetabek. 

Aksi korporasi itu sejalan dengan arah ekspansi TBS Energi untuk merambah ke pengelolaan industrial waste dan recycling, termasuk battery recycling yang diestimasi Pandu mulai bergulir setelah 2026—2027. 

“Apa yang saya suka dari bisnis waste management? High margin. EBITDA marginnya almost like coal 30% dan kontraknya lama. Bayangkan bisnis yang must have, bukan nice to have,” ungkapnya. 

Di bisnis energi terbarukan, lanjut Pandu, perusahaan sudah memulai proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung pertama di Batam, yang terletak di Waduk Trembesi. Pembangunan PLTS Terapung di areal seluas 864 hektare itu merupakan hasil kerja sama antara PT PLN Nusantara Power (PLN NP) dan TBS Energi. Dalam proyek PLTS berkapasitas 46 MWp tersebut, TOBA memiliki hak atas lahan.

“Kami akan bangun second largest floating solar power plant di Batam, dua kali size Mazda. Proyek ini membidik Indonesia dan Singapura. Ini big bet bagi TBS.”

Tak ketinggalan, Pandu juga bercerita soal ekspansi TOBA di sektor kendaraan listrik. Terjunnya TOBA ke bisnis itu dimulai dengan pembicaraan Pandu pada 2020 dengan CEO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) saat itu  Andre Sulistio. 

Dari situ lahirlah ide elektrifikasi kendaraan roda dua dengan pembangunan ekosistem Elektrum. Ekspansi motor listrik dimulai dari Jakarta ke Jabodetabek hingga ke kota-kota lain, termasuk dengan membangun infrastruktur energi, seperti battery swap stations.

“Kuncinya di energinya, baterai. EV bikes on the road sudah 3.000 per kuartal III/2024, tahun depan kami targetkan bisa doubling,” kata Pandu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper