Bisnis.com, JAKARTA — Produk investasi kolektif reksa dana kompak menguat dalam sepekan saat bank sentral mengumumkan penurunan suku bunga. Indeks reksa dana saham terpantau naik paling tinggi pada periode 13-20 September 2024.
Berdasarkan data mingguan Infovesta Utama periode 13-20 September 2024, kinerja reksa dana kompak menguat, baik dengan aset dasar saham maupun surat utang. Indeks reksa dana saham mengalami kenaikan paling tinggi sebesar 0,84%. Apresiasi ini kontras dengan pelemahan IHSG pada periode yang sama sebesar 0,88%.
Selanjutnya, indeks reksa dana campuran menyusul dengan penguatan 0,80%. Sedangkan indeks reksa dana pendapatan tetap tercatat mengalami kenaiikan 0,69% dan indeks reksa dana pasar uang naik relatif 0,11%.
Tim Riset Infovesta Utama menjelaskan penguatan seluruh indeks reksa dana merupakan kelanjutan uforia investor setelah Bank Indonesia dan Bank Sentral AS (The Fed) memangkas suku bunga. Bahkan, reksa dana saham tetap menikmati kenaikan kendati IHSG terperosok.
IHSG mengalami pelemahan memang lebih disebabkan oleh pengumuman dari FTSE Russel yang akan mengeluarkan BREN dari indeks FTSE.
"Di sisi lain, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp4,71 triliun dalam sepekan," tulis Tim Riset Infovesta, dikutip pada Senin (23/9/2024).
Baca Juga
Sementara itu, pasar obligasi juga menguat pada akhir pekan lalu seiring dengan penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) bertenor 10 tahun sebesar 13,30 secara mingguan ke 6,43%. Adapun, investor tampak menyambut positif keputusan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6% walaupun di luar perkiraan pasar.
Sedangkan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 bps menjadi 4,75%-5% sudah diantisipasi oleh investor sejak jauh-jauh hari.
Dengan demikian, dalam sepekan ke depan, Infovesta Utama menyarankan investor dapat melakukan aksi beli untuk saham-saham big cap yang memililki valuasii rendah. Sedangkan di pasar surat utang, investor bisa mulai mengoleksi SBN seri terbaru dari pemerintah dan menambah porsi tenor menengah hingga panjang.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.