Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia terpantau menguat pada Selasa (17/9/2024) seiring dengan sikap pasar yang mengamati kekhawatiran produksi AS pasca Badai Francine dan ekspektasi penurunan stok minyak mentah AS.
Mengutip Reuters pada Selasa (17/9/2024), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk November naik 16 sen, atau 0,2% menjadi US$72,91 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS untuk bulan Oktober naik 34 sen, atau 0,5%, menjadi US$70,43 per barel.
Kedua kontrak ditutup lebih tinggi pada sesi sebelumnya karena dampak Badai Francine terhadap produksi di Teluk Meksiko AS melawan kekhawatiran permintaan China menjelang keputusan penurunan suku bunga Federal Reserve AS minggu ini, yang seharusnya terbukti positif bagi sentimen investor terhadap minyak.
Data Biro Keamanan dan Penegakan Lingkungan AS atau Bureau of Safety and Environmental Enforcement (BSEE) pada Senin kemarin menyebut, lebih dari 12% produksi minyak mentah dan 16% produksi gas alam di Teluk Meksiko AS masih ditutup.
Pasar terus mencermati keputusan Federal Reserve AS mengenai penurunan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman dan berpotensi meningkatkan permintaan minyak dengan mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga yang agresif meningkatkan sentimen di seluruh kompleks komoditas,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan, seraya menambahkan bahwa gangguan pasokan yang sedang berlangsung juga mendukung pasar minyak.
Baca Juga
Investor juga mengamati perkiraan penurunan persediaan minyak mentah AS, yang kemungkinan turun sekitar 200.000 barel dalam sepekan hingga 13 September, berdasarkan jajak pendapat Reuters.
Namun, pertumbuhan permintaan yang lebih rendah dari perkiraan di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, telah membatasi kenaikan harga. Data pemerintah mencatat, produksi kilang minyak China menurun selama lima bulan beruntun pada Agustus di tengah menurunnya permintaan bahan bakar dan lemahnya margin ekspor.