Bisnis.com, JAKARTA – PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II resmi merger menjadi PT Angkasa Pura Indonesia alias InJourney Airports. Seiring penggabungan tersebut, seberapa besar peluang initial public offering (IPO) dari entitas baru ini?
Direktur Utama Angkasa Pura Indonesia Faik Fahmi mengatakan sejauh ini pihaknya belum memiliki rencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurutnya, perusahaan masih akan berfokus memperkuat tata kelola secara internal.
“Jadi, nanti kami akan melihat bagaimana perkembangannya ke depan tapi sampai sejauh ini belum. Kami masih fokus menyiapkan perspektif secara internal,” ujarnya saat ditemui usai peresmian PT Angkasa Pura Indonesia di Jakarta, Senin (9/9/204).
Faik menjelaskan fokus tersebut seiring dengan perampingan struktur tata kelola organisasi yang awalnya terdiri dari 1.400 orang kini menjadi 96 orang. Proses itu ditempuh perusahaan melalui digitalisasi, penggabungan, simplifikasi.
“Dari 195 inisiatif teknologi informasi [IT] yang ada, kami simplifikasi hanya menjadi 49. Jadi, mungkin kami banyak menggunakan berbagai macam sistem di bandara,” ucapnya.
Sementara itu, semarak aksi IPO dari perusahaan pelat merah atau BUMN diperkirakan berlanjut pada era pemerintahan Prabowo Subianto pada periode 2024 - 2029.
Baca Juga
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa dalam kurun lima tahun ke depan, diharapkan muncul perusahaan-perusahaan pelat merah baru yang dapat masuk ke dalam daftar top perusahaan baik menurut Forbes ataupun Fortune.
Menurutnya, beberapa perusahaan yang berpotensi memiliki nilai besar dalam jangka panjang adalah Pelindo, Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata InJourney, serta MIND ID.
“Contohnya Pelindo Grup yang sudah kami merger menjadi Pelindo. InJourney yang sekarang menyatukan seluruh airport, wisata, dan juga Garuda. Nanti Grup MIND ID, jadi nanti akan ada size-size menengah yang akan menjadi besar, yang harapannya suatu hari mungkin akan kami bawa IPO,” dalam Market Outlook 2024 pada 16 Juli 2024.
Dengan langkah tersebut, pria yang akrab disapa Tiko ini berharap tidak ada lagi perusahaan pelat merah dengan valuasi kecil di BEI seperti PT Indofarma Tbk. (INAF).
“Kami akan fokus kepada BUMN-BUMN yang punya signifikan size dan memang punya kompetensi serta masa depan yang baik untuk bisa dibawa ke pasar modal,” ucapnya.
____________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.