Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisikan Mirae Asset Sekuritas dan JP Morgan soal Prospek Emiten Konsumer

Mirae Asset dan JP Morgan menilai penguatan keyakinan konsumen dan produk domestik bruto akan menjadi katalis positif bagi emiten konsumer.
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan proyeksi kenaikan produk domestik bruto akan menjadi katalis positif bagi kinerja fundamental emiten konsumer, yang secara simultan mempengaruhi performa saham di lantai bursa.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga Senin (9/9/2024), indeks konsumer non-siklikal atau IDXNONCYC masih melemah 0,45% year-to-date (YtD). Pelemahan ini terjadi di tengah kenaikan indeks komposit sebesar 5,91% sepanjang tahun berjalan.

Di sisi lain, Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2024 mengindikasikan adanya penguatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi. Hal itu tecermin dari IKK yang berada di level 124,4, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yakni 123,4.

Kinerja penjualan eceran, pada periode yang sama, juga mengindikasikan peningkatan karena Indeks Penjualan Riil (IPR) mencapai 215,9 atau tumbuh 5,8% year-on-year (YoY). 

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa survei BI memperlihatkan konsumen masih sangat optimistis terhadap masa depan ekonomi Indonesia, sehingga berpotensi mendorong kinerja fundamental emiten konsumer. 

“Survei ini kemungkinan besar akan terefleksi pada kinerja fundamental perusahaan. Kita akan melihat lebih jelas dampaknya pada laporan keuangan kuartal III/2024 dan semester kedua tahun ini yang diperkirakan berdampak positif,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (10/9/2024).

Menguatnya ekspektasi konsumen terhadap perekonomian, kata Nafan, juga tecermin dari kinerja saham berbasis consumer goods, terutama di sektor non-siklikal seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF). 

Dua emiten milik Anthoni Salim itu kompak mencatatkan kenaikan harga saham sepanjang tahun berjalan. ICBP menguat 9,46% YtD menuju level Rp11.575, sedangkan INDF membukukan kenaikan sebesar 9,30% YtD menjadi Rp7.050 per saham.

Saham konsumer lainnya, seperti PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) juga berada di fase uptrend. Saham LSIP naik 12,34% YtD, sementara AALI melemah 8,19% YtD tetapi menguat 9,79% selama 3 bulan terakhir. 

“Ada beberapa saham yang sudah mencapai target harga, tapi ada juga beberapa saham yang direvisi target harganya menjadi lebih tinggi, seperti ICBP,” kata Nafan.

Saham konsumer non-siklikal pilihan Mirae Asset Sekuritas dengan rekomendasi beli jatuh kepada ICBP, PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), serta PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO).  

ICBP memiliki target harga Rp11.825 per saham dan MAPI mencapai Rp1.745. Adapun target saham MYOR berada di level Rp2.820, sedangkan SIDO sebesar Rp735 per saham. 

Sementara itu, Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia Henry Wibowo mengatakan konsumer menjadi salah satu sektor yang disukai, khususnya sektor fast moving consumer goods (FMCG) dan konsumer discretionary. Hal ini dikarenakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan melampaui angka US$5.000 pada 2024.

“Karena banyak di negara berkembang ketika PDB per kapitanya melewati US$5.000, akan menimbulkan gelombang baru dalam pengeluaran discretionary. Jadi, masyarakat bisa belanja lebih banyak dan menimbulkan sektor-sektor baru,” ujarnya. 

Henry menjelaskan kondisi tersebut mirip dengan apa yang terjadi di China pada 2011. Saat itu, ketika PDB menembus angka US$5.000, pola konsumsi domestik di China mengalami peningkatan secara konsisten selama kurun 2011–2020. 

“Jadi, dekade berikutnya akan sangat menarik bagi Indonesia. Kita akan memasuki masa di mana PDB per kapita akan melewati angka US$5.000,” pungkasnya. 

 

-----------

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper