Bisnis.com, JAKARTA - PT Pinnacle Investment Indonesia memperkirakan peluang IHSG menembus level 8.000 pada akhir 2024 sebagai katalis positif terhadap prospek kinerja reksa dana.
CEO Pinnacle Investment Indonesia Guntur Putra menyatakan optimis untuk proyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG) di kisaran 7.800-8.000 hingga akhir 2024.
"Namun tentunya kondisi pasar dapat berubah pada Oktober menjelang pergantian pemerintahan. Pelaku pasar akan sangat memperhatikan kebijakan ekonomi dan juga tim kabinet yang akan ditetapkan," katanya kepada Bisnis, Selasa (3/9/2024).
Selain itu, dia menjelaskan pasar modal juga akan dipengaruhi oleh kondisi geopolitik, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang dapat memicu aliran modal ke pasar negara berkembang, dan rotasi global ke negara berkembang yang menawarkan potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pasar maju.
Menurutnya, Pinnacle Investment melakukan evaluasi strategi investasi secara berkala dan memantau berbagai faktor ekonomi dan pasar yang dapat mempengaruhi target IHSG itu. Revisi target akan dilakukan jika ada perubahan signifikan dalam kondisi makroekonomi atau sentimen pasar.
Guntur mengungkap saham-saham yang menjadi pilihan investor asing seperti BMRI, BBRI, BBCA, ASII, dan TLKM juga menawarkan peluang bagi investor domestik.
"Saham-saham ini merupakan blue chips dengan fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan yang baik," katanya.
Menurutnya, investor domestik dapat memanfaatkan momentum ini untuk melakukan investasi dengan memantau kinerja dan prospek masing-masing saham secara holistik, memilah saham-saham yang memiliki fundamental yang cukup baik dan juga tingkat likuiditas yang tinggi.
Kemudian, dia menjelaskan Pinnacle Investment masih melihat beberapa saham yang memiliki potensi yang cukup baik, a.l. BBCA, BMRI dan BBRI. Bank besar ini memiliki fundamental yang solid dan prospek pertumbuhan yang positif, terutama di sektor perbankan.
Menurutnya, BBCA merupakan salah satu saham blue chip dengan kinerja yang konsisten dan basis pelanggan yang luas. ASII dan TLKM, dan beberapa consumer stocks juga masih memiliki potensi yang cukup baik ke depannya.
---------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.