Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Loyo ke Level Rp15.525 per Dolar AS

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.525 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (2/9/2024).
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.525 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (2/9/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,45% atau 70 poin ke posisi Rp15.525 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau turun 0,04% ke posisi 101,66.

Sama seperti rupiah, mata uang Asia lainnya mengalami pelemahan. Yen Jepang, misalnya, melemah 0,38%, won Korea melemah 0,04%, dolar Taiwan melemah 0,25%, dan rupee India menguat 0,07%.

Adapun, terdapat mata uang Asia lainnya yang mencatatkan penguatan, yakni dolar Hongkong menguat 0,01%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan hari ini, pedagang mengurangi taruhan untuk pelonggaran kebijakan agresif oleh The Fed. Sekarang, fokus beralih ke laporan pekerjaan AS yang penting pada akhir pekan ini. 

"Kenaikan imbal hasil Treasury jangka panjang ke level tertinggi sejak pertengahan Agustus setelah ukuran inflasi AS yang diawasi ketat tetap stabil, mengurangi keharusan bagi Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada 18 September," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya pada Senin (2/9/2024).

Para pedagang saat ini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin bulan ini sebesar 33%, dibandingkan dengan kemungkinan pemangkasan seperempat poin sebesar 67%. Pekan sebelumnya, ekspektasi untuk pemangkasan yang lebih besar adalah 36%. 

Selain itu, aktivitas manufaktur China merosot ke level terendah dalam enam bulan pada Agustus karena harga di tingkat pabrik anjlok dan pemilik berjuang untuk mendapatkan pesanan.

Dari dalam negeri, Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia terkontraksi lebih dalam ke level 48,9 pada Agustus 2024. Indeks ini menunjukkan penurunan tajam pada kondisi pengoperasian selama tiga tahun. Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, Senin (2/9/2024), indeks yang menggambarkan aktivitas manufaktur nasional itu turun dari bulan sebelumnya yang berada di level 49,3.   

Penurunan pada perekonomian sektor manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 ditandai oleh penurunan tajam pada permintaan baru dan output selama tiga tahun. Produksi manufaktur dan permintaan baru pada Agustus 2024 mengalami penurunan paling tajam sejak Agustus 2021.

Sementara itu, Ibrahim memperkirakan perdagangan besok, Selasa (3/9/2024) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.510 - Rp15.590.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper