Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan target setoran dividen BUMN menjadi Rp90 triliun pada 2025 berisiko mengganggu kepentingan investasi dari perusahaan pelat merah.
Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), menilai bahwa penetapan target dividen seharusnya memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan pelat merah.
Pasalnya, penetapan target dividen yang terlampau tinggi berisiko mengganggu agenda kepentingan BUMN misalnya untuk meningkatkan ekuitas atau pun alokasi belanja modal (capital expenditures/capex) investasi perusahaan di masa depan.
“Ini tentu bisa membahayakan kepentingan BUMN terkait strategi pertumbuhan dan keberlanjutan yang membutuhkan investasi besar,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (2/9/2024).
Toto menyatakan kondisi BUMN akan semakin berat jika injeksi Penyertaan Modal Negara (PMN) juga mulai terbatas. Dengan demikian, dia mengatakan target setoran dividen BUMN sebesar Rp90 triliun untuk 2025 terlampau optimistis.
Dihubungi terpisah, Pengamat BUMN dari Datanesia Institute Herry Gunawan menyampaikan target setoran dividen untuk tahun buku 2024 akan membebani perusahaan pelat merah. Hal ini dikarenakan BUMN dibayangi sejumlah tantangan.
Baca Juga
Herry mengatakan tantangan itu di antaranya meliputi peristiwa politik seperti pemilihan presiden (pilpres), pemilihan legislatif (pileg) dan peralihan kekuasaan yang akhirnya membuat dunia usaha cenderung menahan investasi.
Selain itu, dia menambahkan sektor manufaktur yang menjadi kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar juga sedang berada dalam fase kontraksi.
“Dalam situasi seperti ini, jika BUMN harus dibebani setoran yang tidak rasional, tentu akan berat. Peluangnya mendorong investasi akan terganggu karena laba bersih perusahaan banyak digunakan untuk setoran dividen,” ucapnya.
Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir siap bermanuver untuk memenuhi target setoran dividen yang dipatok Rp90 triliun pada 2025, lebih tinggi dibandingkan dengan target 2024 yakni Rp85,84 triliun dan rancangan postur anggaran fiskal sebelumnya.
Meski diakui cukup berat, Erick mengatakan bakal menginstruksikan perusahaan pelat merah untuk melakukan efisiensi agar target setoran dividen dapat terwujud.
“Memang kami harus lakukan efisiensi lagi menyeluruhnya. Mungkin banyak pihak pasti tidak suka, karena tidak mungkin kenaikan ini hanya tergantung daripada peningkatan laba,” ujarnya.
Di sisi lain, setoran dividen BUMN 2025 juga lebih besar dari target di Nota Keuangan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Dalam rancangan ini, pendapatan pos kekayaan negara dipisahkan dari dividen BUMN mencapai Rp86 triliun.
Terkait dengan realisasi tahun ini, Kementerian Keuangan melaporkan total setoran dividen perusahaan pelat merah yang masuk ke dalam pos kekayaan negara dipisahkan sudah mencapai Rp60,1 triliun pada semester I/2024.
Berdasarkan laporan Pelaksanaan APBN Semester Pertama Tahun Anggara 2024, disebutkan setoran dividen BUMN pada semester I/2024 meningkat 41,8% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp42,4 triliun.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.