Bisnis.com, JAKARTA – Harga aset kripto, Bitcoin, membukukan penurunan terbesar sejak gejolak yang melanda pasar global pada awal Agustus. Koreksi harga juga terjadi pada aset kripto lain seperti Ether.
Mengutip Bloomberg pada Rabu (28/8/2024), harga Bitcoin sempat anjlok lebih dari 6%, atau penurunan paling tajam sejak 5 Agustus lalu, sebelum bergerak di kisaran US$59,400.
Sementara itu, aset kripto Etherium juga sempat terkoreksi lebih dari 7% sebelum mengurangi sebagian pelemahan tersebut ke level US$2,463.
Token-token utama aset kripto mulai melepaskan sentimen yang mereka terima minggu lalu, yakni indikasi paling jelas dari Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell bahwa bank sentral AS sedang dalam jalur untuk memangkas suku bunga acuan dari level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.
“Kami pada dasarnya memperhitungkan sentimen The Fed pada seluruh aset, yang membuat pelemahan Bitcoin di bawah harga rata-rata pergerakan 200 hari token tersebut sedikit mengkhawatirkan,” kata Tony Sycamore, analis pasar di IG Australia Pty, dikutip dari Bloomberg.
Pelaku pasar sedang menunggu hasil terbaru dari Nvidia Corp., perusahaan yang memimpin dalam sektor kecerdasan buatan yang telah membantu mendorong saham global ke rekor tertinggi. Laporan yang akan dirilis Rabu nanti mungkin membentuk selera investor terhadap investasi berisiko, termasuk Bitcoin, kata Sycamore.
Baca Juga
Anjloknya harga Bitcoin terjadi di tengah adanya inflow ke instrumen exchange traded funds (ETF) dengan aset dasar kripto yang diperdagangkan di bursa AS. Kekhawatiran bahwa pemerintah AS mungkin akan menjual token yang disita adalah salah satu hambatan bagi pasar.
Harga Bitcoin telah melonjak sekitar 41% sepanjang 2024. Reli harga ini juga sempat membawa Bitcoin mencatatkan rekor all time high sebesar US$73.798 pada Maret. Penurunan yang berkepanjangan di bawah level tersebut mulai menimbulkan keraguan apakah reli masih bisa berlanjut.