Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Ditutup Melemah ke Level Rp15.499 per Dolar AS

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.499 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (21/8/2024).
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.499 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (21/8/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 0,41% atau 64 poin ke posisi Rp15.499 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau menguat 0,11% ke posisi 101,415.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,54%, Baht Thailand melemah 0,34%, dolar Taiwan melemah 0,01%, rupee India melemah 0,17%, won Korea melemah 0,62%, yuan China melemah 0,07%, dolar Hong Kong melemah 0,04%, dan dolar Singapura melemah sebesar 0,20%.

Sementara, nilai mata uang yang menguat hanya peso Filipina menguat 0,12%, dan ringgit Malaysia yang menguat 0,11%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan bahwa pada perdagangan sore ini, Rabu (21/8/2024), mata uang rupiah ditutup melemah 64 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 8 poin di level Rp15.499,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.435,5 per dolar As.

"Untuk perdagangan besok [22/8/2024], mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di rentang Rp15.440-Rp15.550 per dolar AS," tulisnya dalam keterangan tertulis, Rabu (21/8/2024).

Dia mengatakan bahwa ketidakpastian global terkait dengan ketegangan geopolitik dan prospek pertumbuhan ekonomi global masih mengkhawatirkan sehingga menimbulkan risiko bagi pergerakan rupiah meskipun kondisi ekonomi domestik Indonesia cukup kuat. 

Menurutnya, perlambatan ekonomi global ini dapat memberikan tekanan pada sektor eksternal Indonesia sehingga meningkatkan risiko pelebaran defisit neraca transaksi berjalan di tengah tren ekspansi defisit fiskal.

Dalam perkembangan terbaru, Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20-21 Agustus 2024. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan bahwa keputusan mempertahankan BI Rate 6,25% ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stabilitas.

Selain itu, BI mematok inflasi pada 2024 berada di kisaran 2,5% plus minus 1%. Dia menyebut, kebijakan ini juga didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan masuknya aliran modal asing.

Dia menjelaskan, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Lalu, kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

Menurutnya, kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk tetap memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran. 

Lebih lanjut, selain menahan suku bunga acuan BI Rate, bank sentral juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,5% dan suku bunga lending facility di level 7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper