Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Level Rp15.936/Dolar AS

Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp15.936 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (13/8/2024).
Karyawan menunjukan uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp15.936 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (13/8/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan naik 0,12% atau 18,5 poin ke posisi Rp15.936 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,03% ke posisi 102,934.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,03%, ringgit Malaysia melemah 0,25%, yuan China melemah 0,11%, baht Thailand melemah 0,03%, rupee India melemah 0,02%, dan dolar Hong Kong melemah sebesar 0,01%.

Sementara, mata uang yang menguat di antaranya, peso Filipina menguat 0,09%, dolar Taiwan menguat 0,03%, dolar Singapura menguat sebesar 0,03%, dan won Korea menguat 0,03%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memprediksi bahwa untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah bergerak fluktuatif namun akan ditutup menguat direntang Rp15.900-Rp15.090.

Dia menjelaskan bahwa pada perdagangan sore kemarin (12/8), mata uang rupiah ditutup melemah 30,5 poin di level Rp15.955.

Ibrahim mengungkapkan data dari International Monetary Fund (IMF), yang meramal bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan di level 5,1% hingga 2029.

Dia menjelaskan bahwa konsumsi yang stagnan hingga dinamika harga komoditas menjadi sejumlah faktor yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia 5 tahun ke depan.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi RI 2024 dari IMF adalah 5,0%. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi itu didukung oleh peningkatan konsumsi publik dan pertumbuhan investasi yang mengimbangi hambatan ekspor neto (net export) karena tekanan eksternal.

Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi akan sedikit meningkat menjadi 5,1%, melalui dukungan ekspansi fiskal. Inflasi utama juga diperkirakan tetap stabil di titik tengah dari rentang target yang dipatok pemerintah. Angka 5,1% tetap berlaku dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 2029.

Secara keseluruhan, IMF menilai kerangka kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan Indonesia telah memberikan landasan bagi stabilitas makro dan manfaat sosial. Kebijakan-kebijakan pemerintah dinilai berhasil fasilitasi pemulihan ekonomi dari guncangan global sejak 2020.

Secara umum, risiko yang dihadapi Indonesia relatif seimbang. Adapun, risiko negatif utama mencakup volatilitas harga komoditas yang terus menerus, seperti efek gejolak geopolitik, perlambatan mendadak perekonomian mitra dagang utama, hingga efek negatif dari kondisi keuangan global yang lebih ketat ke depannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper