Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Ketua Dewan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebut pasar modal Indoensia telah menjadi motor utama dalam menjaga perekonomian nasional.
Mahendra menyebut ketidakpastian ekonomi global membawa dampak pada pertumbuhan, stabilitas dan pembangunan ekonomi seluruh dunia termasuk Indonesia. Kendati begitu, pasar modal Indonesia terus menujukan kemampuannya beradaptasi dan menjadi motor dalam menjaga perekonomian nasional.
"Pertumbuhan dan perkembangan pebangunan kita itu tidak terlepas dari kontribusi pasar modal indonesia kita yang terus menunjukan kemampuannya beradaptasi, dan menjadi motor stablitas penting dalam menjaga perekonomian nasional terhadap berbagai macam tekanan internasional," kata Mahendra dalam acara 47-tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia pada Senin (12/8/2024).
Mahendra melanjutkan, nilai kapitalisasi pasar saham per kuartal II/2024 yang menembus Rp12.467 triliun juga menunjukan resiliensi dan juga perkembangan yang baik.
Juga tidak kalah penting, kata Mahenda, jumlah investor pasar modal yang terus meningkat yang per Agustus 2024 Ini telah melampaui angka 13,4 juta, yang meningkat lebih dari 10% dibandingkan akhir 2023.
Sementara itu, lanjut Mahendra aktivitas penghimpunan dana dari pasar modal yang telah mencapai lebih dari Rp130 triliun dengan 28 emiten baru dan masih terdapatnya 100 lebih perusahaan dalam pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif yang mencapai lebih dari Rp33 triliun, menjadi bukti pasar modal masih jadi andalan perekonomian nasional.
Baca Juga
"Hal itu menunjukan bahwa minat dan peluang dari pasar modal sebagai salah satu upaya untuk penhimpunan dana dari korporasi di Indonesia makin menjadi andalan, jelas Mahendra.
Dalam roadmap Pasar Modal 2023-2027, OJK menargetkan jumlah investor menembus 20 juta. Adapun, BEI memperkirakan jumlah investor mencapai 14,5 juta hingga 15 juta pada 2024.
Hingga Juni 2024, KSEI mencatat jumlah investor yang mencapai 13,07 juta terdiri atas 13,03 juta investor ritel, korporasi 23.215, reksa dana 9.076, dana pensiun 1.673, lembaga keuangan 1.529, yayasan 1.100, asuransi 563, perusahaan sekuritas 492, dan lainnya 5.187 investor.
Lebih terperinci, jumlah investor C-BEST (saham) sebanyak 5,78 juta, S-Invest (reksa dana) 12,31 juta, dan surat berharga negara (SBN) 1,1 juta investor.
Secara demografi, investor individu di C-BEST berdasarkan pekerjaannya terdiri atas pengusaha dengan aset Rp449,53 triliun, pegawai negeri, swasta dan guru Rp402,95 triliun, ibu rumah tangga Rp66,24 triliun, pelajar Rp16,96 triliun, dan lainnya Rp418,41 triliun.
Sementara itu, profil pendidikan investor saham didominasi oleh lulusan S1 dengan total aset Rp601,83 triliun, SMA Rp144,18 triliun, S2 atau lebih Rp121,8 triliun, D3 Rp45,52 triliun, dan lainnya Rp40,55 triliun.