Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak berhasil rebound pada perdagangan Selasa (6/7/2024), bangkit dari posisi terendah multi-bulan yang dicapai pada sesi sebelumnya, karena perhatian investor beralih ke terbatasnya pasokan dan pasar keuangan pulih dari kemerosotan baru-baru ini.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 18 sen, atau 0,2% menjadi US$76,48 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 26 sen, atau 0,4%, menjadi ditutup pada US$73,20 per barel. Kedua tolok ukur tersebut memecahkan penurunan tiga sesi berturut-turut.
Janji Iran untuk melakukan pembalasan terhadap Israel dan AS menyusul pembunuhan dua pemimpin militan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa perang yang lebih luas sedang terjadi di Timur Tengah, yang dapat berdampak langsung pada pasokan dari wilayah tersebut.
Produksi yang lebih rendah di ladang minyak Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari (bpd) di Libya juga menambah kekhawatiran kekurangan pasokan. Perusahaan Minyak Nasional Libya mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya akan mulai secara bertahap mengurangi produksi di ladang tersebut karena adanya protes.
Penurunan persediaan minyak mentah dan bahan bakar di pusat perdagangan utama baru-baru ini juga mendukung harga minyak.
“Fundamental minyak masih menunjukkan pasar minyak kekurangan pasokan, dengan persediaan minyak masih menurun,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Baca Juga
Permintaan bensin di AS kemungkinan mencapai lebih dari 9 juta barel per hari pada minggu lalu, sehingga meningkatkan kepercayaan terhadap perekonomian, kata Staunovo.
Persediaan minyak global turun sekitar 400.000 barel per hari pada semester pertama tahun ini, menurut perkiraan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang diterbitkan pada hari Selasa. Mereka memperkirakan stok akan menurun sekitar 800.000 barel per hari pada paruh kedua tahun ini.
Badan tersebut menurunkan perkiraan harga minyak rata-rata untuk tahun ini dan tahun depan, dengan alasan penurunan baru-baru ini dipicu oleh kekhawatiran ekonomi. Mereka masih memperkirakan harga lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang. Harga spot Brent akan berkisar antara $85 dan $90 per barel pada akhir tahun ini, kata EIA.
Pada hari Senin, kontrak berjangka Brent merosot ke level terendah sejak awal Januari dan kontrak berjangka WTI telah menyentuh level terendah sejak Februari, karena kemerosotan pasar saham global semakin mendalam di tengah meningkatnya kekhawatiran akan potensi resesi di AS, konsumen minyak bumi terbesar di dunia.
Meski begitu, Goldman Sachs mengatakan para ekonomnya melihat risiko resesi terbatas dan yakin harga minyak akan mendapat dukungan dalam beberapa minggu mendatang dari kuatnya permintaan di Barat dan India.