Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebut tidak akan bergantung pada pemenang Pemilihan Presiden AS antara Donald Trump dan Kamala Harris.
Senior Economist DBS Bank Radhika Rao menyebut pergerakan mata uang dolar AS akan tetap bertahan kuat terlepas dari pemenang Pemilihan Presiden pada November mendatang. Menurutnya, kedua calon presiden AS, Donald Trump dan Kamala Harris, memiliki kesamaan pada beberapa hal.
Salah satu kesamaan tersebut menurut Rao adalah keduanya cenderung mengambil sikap yang berseberangan dengan China. Selain itu, baik Trump maupun Harris juga akan berupaya memastikan sektor manufaktur yang dapat menyerap para pekerja kembali ke AS jika terpilih sebagai presiden.
"Kebanyakan pengumuman yang akan terlihat setelah pemilu AS berakhir akan banyak terkait inflasioner. Tidak peduli siapa yang menang pemilu nanti, kita akan melihat dolar AS tetap bertahan kuat," kata Rao di Jakarta pada Selasa (6/8/2024).
Seiring dengan hal tersebut, Rao memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak pada rentang Rp16.000 per dolar AS.
Proyeksi tersebut seiring dengan langkah kebijakan Bank Indonesia (BI) yang nantinya tidak akan seagresif Bank Sentral AS, The Fed, dalam penyesuaian suku bunga acuan.
Baca Juga
Menurut Rao, langkah ini dilakukan Bank Indonesia untuk menjaga selisih suku bunga Indonesia dengan AS. Dia mengatakan, strategi ini juga akan memperkuat posisi rupiah dan meningkatkan daya tariknya di mata para investor.
"Bank Indonesia akan berupaya menjaga celah ini selebar mungkin agar rupiah lebih menarik ke depannya. Jika rupiah lebih menarik, maka obligasinya juga akan atraktif," jelas Rao.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau berbalik menguat 6,50 poin atau 0,04% ke level Rp16.182,5 per dolar AS pada pukul 12.01 WIB. Indeks dolar AS juga terpantau menguat 0,15% ke level 102,85.