Bisnis.com, JAKARTA — PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I/2024 setelah berbalik rugi menjadi US$26,5 juta pada enam bulan pertama 2024 terimbas pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.
Berdasarkan laporan keuangannya, DOID mencetak pendapatan sebesar US$854,9 juta atau setara Rp14,01 triliun di semester I/2024. Pendapatan ini turun 0,24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$857 juta.
Akan tetapi, DOID mencatatkan rugi bersih sebesar US$26,5 juta atau setara Rp435,8 miliar. Rugi bersih ini berbanding terbalik dari periode yang sama tahun lalu dengan laba bersih sebesar US$4,92 juta.
Manajemen DOID dalam keterangan resminya menjelaskan penurunan ini terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs sebesar US$12 juta akibat fluktuasi nilai tukar mata uang yang merugikan dari Rupiah dan dolar Australia terhadap dolar AS.
Namun, kerugian selisih kurs membaik pada kuartal II/2024, menurun dari US$11,5 juta pada kuartal I/2024 menjadi US$0,7 juta pada kuartal II/2024. Jika kerugian selisih kurs dinormalisasi, bersama dengan dampak dari Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan biaya persetujuan satu kali (one-off consent costs), kerugian bersih DOID sebesar US$1 juta, mendekati break even, yang menunjukkan ketahanan bisnis.
Dian Andyasuri, Direktur Delta Dunia Group mengatakan di tengah kondisi cuaca ekstrem dan pelemahan nilai tukar mata uang, Delta Dunia Group menghasilkan kinerja yang stabil pada semester I/2024.
Baca Juga
"Ketahanan ini mencerminkan kejelian strategis kami dalam menavigasi risiko yang tak terkendali dan komitmen kami untuk mentransformasi bisnis dan mendiversifikasi sumber pendapatan kami, memosisikan kami untuk pertumbuhan yang berkelanjutan menuju ekonomi rendah karbon," ujar Dian dalam keterangan resminya, Kamis (1/8/2024).
Sementara itu, secara operasional DOID melaporkan volume batu bara DOID tetap stabil pada 42 metrik ton (MT) YoY, dengan pengupasan tanah (overburden removal) secara keseluruhan turun 5% sebesar 271 juta bank cubic meter (bcm) akibat curah hujan ekstrem yang terus berlanjut, yang memengaruhi tingkat produksi selama enam bulan terakhir.
Menurut Manajemen DOID, kondisi cuaca ekstrem telah berdampak pada industri pertambangan secara luas di Indonesia dan sektor-sektor lain di seluruh Asia. Namun, kemampuan operasional dan adaptasi strategis DOID memastikan kemajuan yang berkelanjutan dalam mencapai target.
Upaya pemulihan-pasca-hujan yang DOID lakukan telah menunjukkan keberhasilan yang signifikan dengan peningkatan sebesar 12% YoY. Hal ini menunjukkan komitmen DOID terhadap keunggulan operasional.
DOID juga melaporkan arus kas operasional untuk semester I/2024 meningkat 15% YoY, mencapai sekitar US$164 juta, didorong oleh peningkatan yang signifikan dalam pengelolaan modal kerja.
Namun, arus kas bebas menurun karena investasi yang signifikan pada aset-aset seperti Sun Energy dan akuisisi strategis Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) yang baru saja dirampungkan. Jika dinormalisasi dengan akuisisi ACG, arus kas bebas akan menjadi US$68 juta dibandingkan dengan negatif US$47 juta.
Ekspansi operasional mendorong sebagian besar pertumbuhan belanja modal DOID pada semester I/2024, yang meningkat 78% YoY menjadi US$79 juta.
Pengeluaran ini mendukung kegiatan ramp-up di sejumlah site yang ada di Indonesia dan Australia serta kapitalisasi biaya perbaikan dan pemeliharaan, sejalan dengan panduan belanja modal DOID untuk setahun penuh sebesar US$150 juta hingga US$190 juta. Seiring dengan ekspansi operasional DOID, mempertahankan kontrol yang ketat atas belanja modal tetap menjadi fokus utama.
Direktur Delta Dunia Group Iwan Fuad Salim mengatakan memasuki paruh kedua tahun ini, DOID tetap fokus pada keunggulan operasional dan manajemen keuangan yang cermat, sambil menjalankan strategi pertumbuhan di saat yang bersamaan.
"Ekspansi kami baru-baru ini di AS menunjukkan komitmen kami untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham dengan mentransformasi DOID menjadi bisnis pertambangan yang terdiversifikasi secara global. Akuisisi ACG telah memperkuat posisi kami, di mana kami yakin akan memberikan kontribusi positif terhadap upaya diversifikasi kami,” tuturnya.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.