Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian politik di Amerika Serikat setelah penembakan Donald Trump hingga Joe Biden mundur dari Pilpres 2024 diprediksi akan makin memoles kilau harga emas ke posisi tertinggi yang baru.
Drama yang mewarnai Pilpres AS 2024 disebut akan menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga emas ke depan.
Analis Pasar Senior Phillip Nova Priyanka Sachdeva menilai ketidakpastian dalam pemilu AS cenderung menjadi sentimen positif bagi komoditas emas. Daya tarik logam mulia sebagai safe-haven menurutnya makin terpoles.
“Koreksi [harga emas] setelah mencapai titik tertinggi baru adalah fenomena yang biasa sepanjang 2024, dan hal ini tidak boleh dianggap sebagai akhir dari pandangan bullish,” ujarnya dikutip dari Bloomberg, Senin (22/7/2024).
Berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan Senin (22/7/2024), harga emas di pasar spot menguat 0,39% ke level US$2.410,31 per troy ounce pada pukul 06.19 WIB. Dalam sepekan emas telah melemah sebesar 0,47%.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Desember 2024 menguat 054% ke level US$2.460 per troy ounce pada pukul 06.07 WIB, dan mencatatkan penguatan 0,89% dalam sepekan.
Baca Juga
Mengutip Reuters, harga emas telah anjlok lebih dari 2% pada Jumat (19/7) seiring menguatnya dolar dan aksi ambil untung, menyusul harga emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa di awal minggu ini.
"Selain aksi ambil untung, pasar sedang lesu karena narasi soft landing. Hal ini dapat menekan harga emas, karena investor akan mengalihkan uang dari investasi yang aman ke investasi yang lebih berisiko," jelas kepala operasi di Allegiance Gold, Alex Ebkarian.
Pihaknya juga melihat semakin banyak keputusan yang didorong oleh investasi menuntut peningkatan permintaan emas.
Menurut CME FedWatch Tool, pasar saat ini mengantisipasi peluang 98% bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada September 2024. Daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil cenderung meningkat dalam lingkungan suku bunga yang rendah.
Dalam catatan Bisnis, harga tercatat telah reli dengan kenaikan lebih dari 16% pada 2024. Komoditas logam mulia terpoles oleh sentimen tensi geopolitik, pembelian bank sentral, konsumen China, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
“Masuknya stimulus di China, dikolaborasikan dengan pembaruan harapan Trump terpilih, bisa menjadi katalisator kenaikan harga emas yang diperlukan untuk mendorong harga ke level tertinggi baru,” ujar Sachdeva, baru-baru ini.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya menuturkan penembakan terhadap Donald Trump mengindikasikan perpolitikan di AS semakin memanas dan akan menguatkan dolar yang tadinya melemah.
"Ini akan berdampak ke safe haven, di mana fund-fund besar dan investor akan kembali melakukan pembelian secara long term terhadap emas," ujarnya.