Bisnis.com, JAKARTA – Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) memproyeksikan jumlah pesawat yang dioperasikan sampai dengan akhir 2026 berjumlah 98 armada.
Dari jumlah itu, sebanyak 61 pesawat diperkirakan berjenis B373-8000, kemudian 10 pesawat jenis B777-300, lalu 5 armada A330-900, pesawat A330-300 (kepemilikan) 6 armada, selanjutnya 12 pesawat A330-300, dan sisanya pesawat jenis A330-200.
“Garuda Indonesia proyeksikan pertumbuhan alat produksi secara bertahap dengan target hingga 98 armada di akhir tahun 2026,” tulis laporan Kementerian BUMN, dikutip Sabtu (13/7/2024).
Masih berdasarkan data Kementerian BUMN, GIAA hingga akhir 2024 akan mengoperasikan 82 pesawat. Jumlah tersebut diperkirakan bertambah menjadi 89 pesawat pada 2025.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Garuda Indonesia berencana menambah sekitar 8 pesawat baru pada 2024. Jumlah ini terdiri atas 4 pesawat jenis B737-800 NG, 2 pesawat Airbus A330-300, dan 2 pesawat Boeing B777-300 ER.
Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra mengatakan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak bandara demi memastikan keamanan penerbangan serta ketersediaan armada pesawat yang layak terbang berdasarkan otoritas yang berwenang.
Baca Juga
“Kami mengkaji opsi penambahan armada serta memastikan penetapan harga yang sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan oleh regulator,” ujar Irfan kepada Bisnis.
Pada 2023, GIAA telah menambah armada sebanyak 5 pesawat tipe B737-800 NG. Dari total pesanan tersebut, sebanyak 4 pesawat telah dikirimkan dan 1 pesawat lainnya dijadwalkan akan dikirimkan secepatnya pada tahun ini.
“Dengan penambahan pesawat tersebut, Garuda Indonesia berencana mengoperasikan hingga 80 pesawat hingga akhir tahun ini,” kata Irfan.
Dalam perkembangan lain, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa GIAA akan segera bergabung dengan Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, InJourney.
Kartika atau akrab disapa Tiko menyampaikan bahwa pihaknya bakal melakukan integrasi sejalan dengan pengembangan potensi sektor pariwisata.
“Kami lakukan integrasi, itu programnya nanti Garuda [GIAA] dalam waktu dekat akan inject ke InJourney,” ujarnya di Jakarta pada Jumat (12/7/2024).
Melalui rancangan itu, lanjutnya, InJourney akan menjadi perusahaan pariwisata yang lengkap dengan lini usaha mulai dari bandar udara (bandara) atau airport, maskapai, hingga perhotelan.