Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi soal mayoritas saham yang baru IPO mengalami koreksi harga signifikan alias boncos sepanjang semester I/2024.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan ada berbagai faktor yang menyebabkan penurunan harga saham yang baru melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada paruh pertama tahun ini.
“Terkait harga yang turun, kalau harga itu kan hal yang mempengaruhi relatif adalah performa dari perusahaan tersebut dan faktor dari eksternal,” ujar Nyoman saat ditemui di Gedung BEI pada Rabu (3/7/2024).
Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya mengamati perkembangan harga saham dari seluruh perusahaan yang tercatat di BEI, termasuk perusahaan yang baru melaksanakan IPO di tahun ini.
Nyoman pun tak menampik adanya peralihan tren investor dari saham ke instrumen investasi lain, sehingga hal itu juga berpengaruh terhadap harga saham di BEI.
“Selain itu kita juga bisa melihat karena kondisinya sekarang relatif sudah normal, tentu investor juga memiliki appetite untuk memilih instrumen investasi yang bukan hanya saham, jadi kombinasi ini yang menentukan harga saham di Bursa,” katanya.
Menurutnya, pergerakan harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi global, sentimen pasar, kinerja perusahaan, serta dinamika permintaan dan penawaran.
Baca Juga : BEI Beri Bocoran 2 Calon Emiten Jumbo Mau IPO |
---|
"Proses IPO dilakukan dengan tidak hanya memperhatikan aspek formal, tetapi aspek substansi lain seperti kelangsungan usaha. Kami senantiasa melakukan pengembangan pengaturan dengan menjaga relevansi terhadap kondisi terkini dalam dinamika pasar modal untuk meningkatkan kualitas perusahaan tercatat," katanya.
Selain itu, lanjutnya, BEI telah melakukan publikasi atas kinerja emiten yang baru IPO dan diperbarui setiap 6 bulan di situs BEI. Selanjutnya, BEI juga telah menyediakan laman khusus untuk publikasi laporan riset ekuitas oleh penjamin emisi atas efek saham yang baru tercatat di BEI.
Kedua publikasi itu diharapkan dapat menjadi pertimbangan investor dalam mengambil keputusan untuk investasinya.
Nyoman mengatakan, investor juga perlu mencermati laporan keuangan emiten semester I/2024 yang akan dirilis pada akhir Juli 2024. Dia pun masih optimistis tren IPO pada semester II/2024 akan prospektif.
Adapun hingga akhir semester I/2024, telah terdapat 25 perusahaan tercatat dengan pencapaian penggalangan dana (fund raised) sebesar Rp4 triliun, sedangkan jumlah pipeline saat ini mencapai 24 perusahaan.
"Dengan fundamental ekonomi yang relatif kondusif dan potensi pertumbuhan sektor-sektor tertentu akan mendukung aktivitas IPO," pungkasnya.
Harga Saham-Saham IPO Tumbang
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, totalnya ada 25 saham baru yang melantai di BEI sejak awal tahun, dari periode 5 Januari hingga 10 Juni 2024. Kendati demikian, ada 14 saham yang mengalami penurunan harga, 1 saham stagnan, dan 10 saham sisanya menguat.
Mayoritas saham baru tersebut tercatat di papan pengembangan, berikutnya ada dua saham yang masing-masing tercatat di papan utama dan akselerasi. Sementara itu, satu saham lainnya tercatat di papan pemantauan khusus, yakni PT Xolare RCR Energy Tbk. (SOLA).
Adapun, saham yang mencatatkan penurunan harga paling dalam yakni PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk. (MPIX) yang ambles -80,60% ke level Rp52 per saham per 1 Juli 2024, dari harga IPO di level Rp268 pada 7 Februari 2024. Kala itu, MPIX meraup dana IPO Rp83,75 miliar.
Selanjutnya, PT Bersama Mencapai Puncak Tbk. (BAIK) atau Ayam Goreng Nelongso juga mencatatkan koreksi -80,22% dari harga IPO Rp278 pada 15 Februari 2024, ke posisi Rp55 per saham pada 1 Juli 2024. BAIK meraih dana hasil IPO sebesar Rp62,55 miliar.
PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk. (SMLE) juga terkoreksi -68% dari harga IPO Rp175 per saham ke pada 10 Januari ke posisi Rp56 per saham per 1 Juli. Disusul saham PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) yang ambles -60,65% ke posisi Rp133 per saham.
Berturut-turut, PT Xolare RCR Energy Tbk. (SOLA), PT Griptha Putra Persada Tbk.(GRPH), dan PT Topindo Solusi Komunika Tbk. (TOSK) mencatatkan pelemahan masing-masing sebesar -58,18%, -51,46%, dan -51,20%.
Terlepas dari mayoritas harga saham IPO yang ambles, masih ada beberapa saham yang mencatatkan lonjakan signifikan. Misalnya, PT Satu Visi Putra Tbk. (VISI) melonjak 275% dari harga IPO Rp120 pada 27 Februari, ke posisi Rp450 per saham pada 1 Juli.
Kemudian, PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk. (MKAP) mencatatkan kenaikan 106,96% ke posisi Rp238 per saham, disusul PT Remala Abadi Tbk. (DATA) yang naik 102,13% ke posisi Rp380, dan PT Homeco Victoria Makmur Tbk. (LIVE) yang melesat 83,78% ke level Rp272 per saham.
---------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.