Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melemah yang tertekan akibat penguatan dolar. Batu bara juga ditutup melemah, sedangkan crude palm oil (CPO) menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot melemah 0,00% atau 0,07 poin ke level US$2.298,16 pada perdagangan Kamis (27/6/2024) pada pukul 06.52 WIB.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga melemah 0,21% ke level US$2.308,30 per troy ounce pada pukul 07.42 WIB.
Mengutip Reuters, pada Rabu (26/6) harga emas turun ke level terendah dalam hampir dua minggu karena menguatnya dolar. Investor juga menunggu laporan mengenai ukuran inflasi pilihan Federal Reserve (The Fed) yang dirilis pada akhir minggu ini, sebagai petunjuk terbaru mengenai prospek penurunan suku bunga.
Analis riset senior FXTM, Lukman Otunuga, mengatakan bahwa emas memerah akibat komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve (The Fed) pada sesi sebelumnya dan pergerakan dolar yang lebih kuat.
Adapun, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
"Ini bisa menjadi minggu yang sulit bagi emas karena kekuatan ekonomi dan politik. Pertarungan Biden vs Trump dan laporan PCE dapat memberikan volatilitas baru pada logam mulia. Dalam waktu dekat, dukungan dapat ditemukan di US$2300 dan resistensi di US$2340,” jelas Otunuga.
Harga Batu Bara
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juli 2024 di ICE Newcastle melemah 0,37% ke level US$133,per metrik ton pada penutupan perdagangan Rabu (26/6). Kemudian, batu bara kontrak Agustus 2024 juga melemah 2,39% ke US$133 per metrik ton.
Mengutip ETEnergyWorld, S&P Global Commodity Insights menuturkan bahwa batu bara memainkan peran penting dalam sektor energi India selama dekade berikutnya. Hal ini diproyeksikan meskipun ada pergeseran global menuju energi terbarukan.
Dalam laporan tersebut, ditekankan meningkatnya kebutuhan energi di India, yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat dan pertumbuhan populasi.
“Permintaan listrik di India dan konsumsi batu bara akan terus meningkat secara eksponensial selama dekade berikutnya,” jelas Managing Pricing Editor untuk Asia Thermal Coal di S&P Global, Pritish Raj.
Menurutnya, meskipun ada kemajuan dalam produksi dalam negeri agar dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan, impor batu bara akan tetap menjadi bagian penting dari strategi India lantaran rendahnya kualitas batu bara dalam negeri dan masalah logistik yang terus berlanjut.