Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Balik Harga Bitcoin Anjlok, Ini Pentingnya Pantau Analisis On-Chain

Mayoritas sentimen negatif anjloknya harga Bitcoin (BTC) ke kisaran US$61.000 pada minggu ini berasal dari aksi jual para investor jumbo.
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas sentimen negatif anjloknya harga Bitcoin (BTC) ke kisaran US$61.000 pada minggu ini berasal dari aksi jual para investor jumbo dan penambang, mencerminkan begitu pentingnya analisis on-chain sebagai pijakan para investor. 

Sebagai perbandingan, BTC pada awal Juni 2024 sempat stabil di kisaran US$69.000 karena ketiban sentimen positif bangkitnya ekonomi Amerika Serikat (AS), menjadi pertanda era suku bunga tinggi The Fed dan berbagai instrumen berstatus 'save heaven' lain akan segera berakhir.

Selain itu, sentimen positif berbasis kondisi riil lain, misalnya seperti munculnya produk investasi exchange-traded fund (ETF) berbasis kripto di AS pun sempat membawa BTC meroket, sebab menandai babak baru penerimaan aset digital dalam lanskap industri keuangan konvensional.

Namun, nyatanya harga BTC keok karena sentimen transaksi jual dari beberapa pihak. Mulai dari para penambang, investor jangka panjang yang mulai mengambil keuntungan (take profit), sampai negara sekaliber Jerman sebagai salah satu negara pemegang BTC signifikan.

Analis Data Bitcoin populer sekaligus Co-Founder & CEO CryptoQuant Ki Young Ju menjelaskan bahwa harga BTC saat ini akan cenderung stagnan, sebab tengah memasuki era banjir aktivitas on-chain seperti tahun 2020. 

"Sama seperti pertengahan 2020. Waktu itu, Bitcoin sempat hanya bergerak ke samping di sekitar US$10.000 selama 6 bulan dengan aktivitas on-chain tinggi," jelasnya dalam analisis yang diunggah di media sosial resminya, Senin (24/6/2024).

Menurut Ki, sentimen jual dari para investor take profit memang masih ada, tapi masih menunjukkan kepercayaan bullish di masa depan, sehingga secara umum BTC masih dalam tren positif.  

Sementara itu, tekanan jual para penambang Bitcoin merupakan efek penurunan pendapatan setelah peristiwa halving Bitcoin beberapa waktu lalu, disusul menurunnya tren biaya transaksi, serta tetap tingginya hash rate jaringan yang membuat biaya operasional listrik untuk memproses suatu blok blockchain terbilang mahal.

Adapun, penjualan dari pemerintah Jerman sekitar juga bukan terkait fenomena fundamental, melainkan pencairan dana dari salah satu aset hasil perampasan BTC dari sindikat kriminal pembajak film.

Sekadar informasi, dompet bernama The German Federal Criminal Police Office (BKA) itu saat ini menggenggam 43.359 BTC atau setara US$2,8 miliar setelah melakukan beberapa kali transaksi yang penjualan di pertengahan bulan ini. 

"Jerman menjadi sorotan [investor] karena saat ini menjadi negara terbesar ke-4 pemegang Bitcoin di dunia, setelah AS, China, dan Inggris," tambahnya.

Lembaga edukasi kripto, Pintu Academy menekankan bahwa fenomena harga BTC anjlok akibat sentimen aktivitas on-chain tinggi dalam beberapa minggu belakangan merupakan bukti bahwa menguasai analisis on-chain penting buat setiap investor kripto.

"Bitcoin menarik perhatian investor, salah satunya terkait transparansinya, yakni siapa pun bisa memantau atau menganalisis pergerakan dari aktivitas Bitcoin. Keunggulan ini tentu bisa membantu investor menentukan strategi investasinya melalui yang disebut analisis on-chain," tulis tim Pintu Academy. 

Adapun, analisis on-chain merupakan metode membaca informasi transaksi dari buku besar atau ledger suatu aset kripto. Ini membantu memisahkan nilai spekulatif dari nilai utilitas aset kripto. Data seperti adopsi pengguna, aktivitas penambang, dan harga saat ini berdasarkan fundamentalnya bisa diperiksa melalui analisis ini.

Pada akhirnya, analisis on-chain dapat memberikan gambaran lebih mendalam mengenai dinamika pasar kripto. Misalnya, soal jumlah alamat aktif dan jumlah transaksi yang dapat menunjukkan potensi kenaikan harga. 

Selain itu, metrik seperti unrealized profit dan unrealized loss, Market Value and Realized Value (MVRV), Puell Multiple, dan Reserve Risk akan menjadi sangat jelas apabila rajin mencermati analisis ini.

"Setidaknya terdapat tiga manfaat penggunaan analisis on-chain. Pertama, tentu untuk memantau pasar untuk membantu memahami supply dan demand," tambahnya.

Manfaat kedua, yaitu memprediksi perubahan harga aset kripto tersebut berdasarkan data fundamental. Ketiga, pengambilan keputusan untuk mempermudah keputusan trading dengan informasi yang lebih lengkap. 

--------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

"Untuk melakukan analisis on-chain, trader biasanya menggunakan portal berbayar seperti Glassnode atau Messari. Data dari buku besar aset kripto memberikan informasi transparan yang dapat digunakan untuk analisis mendalam," tutup Pintu Academy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper