Bisnis.com, JAKARTA — Emiten maskapai penerbangan PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) membeberkan strategi perseroan untuk bisa keluar dari papan pemantauan khusus full call auction (PPK FCA).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), AirAsia (CMPP) sudah mendekam di PPK FCA selama dua tahun, sejak 31 Mei 2022. Adapun alasan yang menyebabkan saham perseroan masuk PPK FCA karena memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.
Direktur Utama AirAsia Indonesia (CMPP) Veranita Yosephine mengatakan, perseroan memiliki berbagai strategi untuk memperbaiki posisi ekuitasnya agar kembali positif.
"Manajemen secara aktif mengimplementasikan berbagai upaya dalam memperoleh sumber pendanaan melalui beberapa skema potensial, dan juga aktif mencari solusi untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan kelangsungan operasional perusahaan," ujar Veranita kepada Bisnis, dikutip Sabtu (15/6/2024).
Kendati demikian, dia belum menentukan target spesifik kapan ekuitas perseroan bisa berbalik positif sehingga bisa keluar dari PPK FCA. Hanya saja, dia mengatakan manajemen CMPP optimis bahwa melalui berbagai langkah strategis yang telah diambil, perusahaan dapat mencapai perbaikan kinerja keuangan secara signifikan.
Menurutnya, hingga saat ini, operasional penerbangan AirAsia Indonesia berjalan lancar, melayani pengangkutan penumpang dan barang tanpa gangguan, baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.
Baca Juga
"Operasional yang stabil ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjaga kepercayaan penumpang dan mitra bisnis, yang berkontribusi positif terhadap upaya perbaikan ekuitas," kata dia.
Lebih lanjut Veranita mengatakan, AirAsia Indonesia akan terus mengoptimalkan armadanya yang terdiri dari 25 unit Airbus A320 untuk melayani sejumlah rute baik domestik maupun internasional. Dengan memaksimalkan penggunaan pesawat yang ada, perseroan berharap dapat meningkatkan efisiensi operasional.
Selain itu, perseroan juga tengah mengembangkan rencana penambahan beberapa rute baru guna mendukung pertumbuhan operasional dan memperluas jaringan layanan.
"Langkah-langkah ini diharapkan akan menghasilkan peningkatan pendapatan yang signifikan dan memperkuat posisi AirAsia Indonesia di industri penerbangan Tanah Air. Dengan strategi ini, kami optimis dapat mencetak laba pada akhir 2024," pungkasnya.
Berdasarkan neraca, per Maret 2024 CMPP mencatatkan ekuitas negatif atau defisiensi modal sebesar Rp8,67 triliun atau meningkat dari posisi akhir tahun 2023 yang tercatat sebesar Rp7,90 triliun. Adapun aset tercatat sebesar Rp6,23 triliun.
Sementara itu total liabilitas CMPP tercatat sebesar Rp14,91 triliun dengan liabilitas jangka pendek sebesar Rp9,35 triliun sementara liabilitas jangka panjang sebesar Rp5,56 triliun.
Menilik laporan keuangan kuartal I/2024, CMPP mencatatkan kerugian sebesar Rp777,79 miliar sepanjang kuartal I/2024. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya CMPP mampu membukukan laba bersih sebesar Rp20,64 miliar.
Rugi tersebut berbanding terbalik dengan kenaikan pendapatan usaha. Sepanjang kuartal I/2024, CMPP mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp1,74 triliun atau naik 26,83% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp1,37 triliun.
Pendapatan tersebut ditopang oleh pendapatan penumpang yaitu penjualan kursi sebesar Rp1,47 triliun serta pendapatan kargo sebesar Rp13,47 miliar.
Meskipun demikian, pendapatan CMPP tergerus beban usaha yang membengkak 90,30%, dari kuartal I/2023 sebesar Rp1,26 triliun menjadi sebesar Rp2,41 triliun pada tiga bulan pertama 2024.
Alhasil, CMPP mencatatkan rugi usaha sebesar Rp673,58 miliar, padahal kuartal I/2023 CMPP mampu mencatatkan laba sebesar Rp104,15 miliar.
Adapun, saham CMPP masih mandek di kisaran Rp57 per saham pada Jumat (14/6/2024). Secara year-to-date (ytd), saham CMPP ambles 54,40%.
--------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.