Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Rp16.295 Usai Pengumuman The Fed, Dolar AS Lesu

Rupiah dibuka turun ke posisi Rp16.295 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (14/6/2024). Pada saat yang sama, indeks dolar AS juga terpatau lesu.
Rupiah dibuka turun ke posisi Rp16.295 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (14/6/2024). Pada saat yang sama, indeks dolar AS juga terpatau lesu. Dok Freepik
Rupiah dibuka turun ke posisi Rp16.295 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (14/6/2024). Pada saat yang sama, indeks dolar AS juga terpatau lesu. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka turun ke posisi Rp16.295 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (14/6/2024). Pada saat yang sama, indeks dolar AS juga terpatau lesu.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan hari ini dengan turun sebesar 0,15% atau 25 poin ke posisi Rp16.295 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar AS melemah 0,34% ke posisi 104,830.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,15%, dolar Singapura melemah 0,01% dan yuan China melemah 0,03%, won Korea turun 0,25%, peso Filipina melemah 0,04%, rupee India turun 0,01%, ringgit Malaysia melemah 0,11%.

Hanya baht Thailand dan dolar Hong Kong yang  naik pagi ini masing-masing sebesar  0,02% dan 0,01%.

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah hari ini akan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.230 - Rp16.310 per dolar AS.

Dia mengatakan dari dalam negeri kondisi ekonomi mulai mengalami tantangan serupa. Nilai tukar rupiah serta tingginya suku bunga saat ini membuat ekonomi Indonesia dalam ancaman. Bila kondisi ini terus berlanjut maka beragam dampak buruk bisa menghantam Indonesia, mulai dari ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga daya beli melemah.

“Data-data ekonomi yang ada saat ini cukup memberikan kecemasan bagi berbagai pihak. Begitu pula dengan harga barang yang terus mengalami kenaikan di tengah daya beli masyarakat yang tidak dalam performa terbaiknya,” kata Ibrahim.

Sebelumnya, rapat FOMC bulan Juni ini, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan, Federal Funds Rate (FFR), tidak berubah pada kisaran target 5,25% - 5,50%. The Fed telah mengindikasikan bahwa Fed tidak akan menurunkan FFR hingga Fed memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan sejauh tahun ini, menurut The Fed, data belum memberikan tingkat kepercayaan tersebut. Meskipun data inflasi dalam beberapa bulan terakhir ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan awal tahun ini, yang menunjukkan sedikit kemajuan menuju sasaran inflasi, the Fed membutuhkan lebih banyak data pendukung untuk menjadi lebih yakin bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target.

“Ketika mempertimbangkan penyesuaian FFR, the Fed akan secara hati-hati melakukan asesmen terhadap data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko,” kata dia kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024).

Dot plot baru mengindikasikan hanya satu kali penurunan suku bunga tahun ini dan empat kali pada tahun 2025 dan 2026, dibandingkan dengan proyeksi Maret 2024 yang memperkirakan tiga kali penurunan pada tahun 2024, 2025, dan 2026. Selain itu, target jangka panjang untuk FFR direvisi naik dari 2,75% menjadi 3,00%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper