Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Loyo, Dolar AS Masih Tinggi

Rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.295 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (11/6/2024).
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.295 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (11/6/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,08% atau 13 poin ke posisi Rp16.295 per dolar AS. Adapun indeks dolar terpantau melemah 0,33% ke posisi 104,76. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,13%, dolar Singapura melemah 0,07%, won Korea melemah 0,12%, rupee India melemah 0,15%, yuan China melemah 0,07%, ringgit Malaysia melemah 0,01% dan baht Thailand turun 0,07%.

Hanya peso Filipina dan dolar Hong Kong yang naik masing-masing sebesar 0,14% dan 0,03%.  

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.270 - Rp16.330 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (11/6/2024). 

Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan pasar fokus pada pertemuan Fed mendatang, dengan keputusan suku bunga akan dirilis pada hari Rabu. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil. 

“Namun isyarat apa pun mengenai kebijakan di masa depan akan diawasi dengan ketat, terutama setelah tanda-tanda ketahanan inflasi AS dan pasar tenaga kerja AS baru-baru ini,” kata Ibrahim dalam riset harian, Selasa (11/6/2024). 

Sejumlah pejabat Fed telah memperingatkan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja. Data nonfarm payrolls yang kuat pada hari Jumat memperkuat gagasan ini. 

Sebelum keputusan Fed pada hari Rabu, data inflasi indeks harga konsumen utama juga tersedia pada minggu ini, dan diperkirakan menunjukkan inflasi tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2% pada bulan Mei.

Di sisi lain, utang jatuh tempo pemerintah Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai Rp.800,33 triliun. Meski utang pemerintah jatuh tempo yang cukup besar kerap menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran, namun utang tersebut tetap dalam koridor aman dengan beberapa catatan. Misalnya, asalkan negara tetap kredibel, persepsi terhadap APBN baik, serta kebijakan fiskal ekonomi hingga politik tetap stabil. 

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp 800,33 triliun. Jumlah ini terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) jatuh tempo senilai Rp 705,5 triliun dan pinjaman jatuh tempo sebesar Rp 94,83 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper