Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Membedah Tambang KPC Kongsi Salim-Bakrie yang Mau Dikelola PBNU

PBNU bakal mengelola tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC), entitas usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), yang kini dimiliki grup Bakrie dan grup Salim.
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Bisnis.com, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dikabarkan telah mengajukan izin usaha pertambangan khusus. Mereka disebut bakal mengelola tambang milik PT Kaltim Prima Coal (KPC), salah satu entitas usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), emiten milik grup Bakrie yang kini dikendalikan bersama-sama dengan grup Salim.

PT Kaltim Prima Coal (KPC) tambang batu bara milik PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) memiliki cadangan batu bara sebesar 679 juta ton dengan luas konsesi sebesar 61.543 hektare. 

Mengutip laporan akhir tahun BUMI 2023, KPC memiliki cadangan batu bara sebesar 679 juta ton yang terdiri dari tambang Sangatta sebesar 583 juta ton dan Bengalon sebesar 96 juta ton. 

Cadangan batu bara tersebut sejalan dengan sumber daya batu bara yang tercatat sebesar 4.398 juta ton. Cadangan dan sumber daya tersebut berada di IUPK KPC yang seluas 61.543 hektare di Sagatta. 

Tambang Sangatta merupakan tambang terbesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia. Lokasi itu memproduksi batu bara tipe bituminous dan sub-bituminous, tambang ini berlokasi dekat dengan fasilitas-fasilitas pelabuhan di Tanjung Bara yang terhubung dengan lokasi tambang melalui overland conveyor (OLC) sepanjang 13 kilometer. 

Keberadaan jalur OLC kedua dan peningkatan fasilitas pemuatan tongkang mendukung peningkatan produksi di tahun-tahun mendatang.

Tambang Bengalon Memproduksi batubara tipe bituminous juga berlokasi dekat dengan pantai dan terhubung dengan fasilitas pelabuhan melalui jalan sekitar 25 km. Lokasi yang dekat dengan pelabuhan memberikan keuntungan bagi KPC, salah satunya efisiensi biaya transportasi dari lokasi tambang ke lokasi pelabuhan.

KPC memproduksi 4 jenis batu bara yaitu jenis prima, pinang, melawan dan KPC 4200. Prima merupakan batu bara berkualitas unggul dengan kalori tinggi, memiliki kandungan abu sangat rendah dan kandungan sulfur menengah dengan kelembaban rendah.

Kemudian jenis pinang, memiliki kalori yang lebih rendah dari prima dengan tingkat kelembaban yang lebih tinggi. Jenis melawan, batu bara sub-bituminous dengan kandungan sulfur dan abu rendah, serta tingkat kelembaban yang tinggi.

Terakhir, jenis KPC 4200, batubara sub-bituminous dengan kalori  lebih rendah dari Melawan, kandungan sulfur dan abu rendah, serta tingkat kelembaban yang tinggi.

Membedah Tambang KPC Kongsi Salim-Bakrie yang Mau Dikelola PBNU

Kinerja KPC Kuartal I/2024

Sepanjang kuartal I/2024, produksi batu bara KPC tercatat sebesar 14,5 juta ton atau naik 32% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,9 juta ton. 

Adapun untuk overburden removal, KPC mencatatkan produksi sebesar 139,2 juta bcm lebih tinggi 8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 129 kita bcm. 

Kemudian untuk penjualan batu bara ikut meningkat seiring dengan kenaikan produksi batu bara. Sepanjang kuartal I/2024, penjualan batu bara KPC tercatat sebesar 13,5 juta ton atau naik 27% dibandingkan dengan kuartalI/2023 yang tercatat sebesar 10,7 juta ton. 

Meski mencatatkan kenaikan kinerja operasional, rata-rata harga jual atau ASP justru turun hingga 25% menjadi US$82,1 per ton dari sebelumnya sebesar US$109,4 per ton. 

Hal tersebut membuat pendapatan KPC turun menjadi sebesar US$1,12 miliar atau setara Rp17,84 triliun sepanjang kuartal I/2024 (kurs jisdor Rp15.873). Pendapatan tersebut turun 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$1,18 miliar. 

Adapun laba bersih KPC tercatat sebesar US$40,2 juta atau setara Rp638,09 miliar. Laba tersebut turun 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$53,4 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper