Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Perbankan Masih Tertekan, Cek Prospek dan Potensi Rebound BBRI Cs

Simak prospek dan potensi rebound saham-saham bank jumbo di tengah tekanan penurunan harga di lantai bursa.
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Tiga dari empat saham bank besar mengalami tren pelemahan harga saham secara year-to-date (YtD). Saham bank yang turun akibat kebijakan suku bunga dan pelemahan nilai tukar rupiah justru masih menarik untuk dicermati hingga akhir tahun. 

Berdasarkan data RTI Business, per 7 Juni 2024, tiga saham bank buku empat kompak mengalami pelemahan secara YtD. 

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) saat ini berada di level Rp4.350 per saham atau telah turun 24,02% secara YtD. Kapitalisasi pasar pun tercatat sebesar Rp659,28 triliun. 

Kemudian saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga ikut turun 12,56% secara YtD dan saat ini parkir di level Rp4.700. Kapitalisasi pasar pun saat ini berada di level Rp175,30 triliun. 

Senada, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga melemah tipis sebesar 0,80% YtD ke posisi Rp9,325 per saham. Kapitalisasi pasar BBCA juga tercatat di posisi Rp1.149,54 triliun. 

Hanya PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang mampu naik sebesar 3,72% secara year to date. Saham BMRI saat ini berada di level Rp6.275 per saham dengan kapitalisasi pasar sebesar 585,67 triliun. 

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan tekanan bagi saham perbankan terjadi karena kebijakan suku bunga The Fed serta pelemahan nilai tukar rupiah. 

“Saham perbankan sangat dipengaruhi oleh arah kebijakan suku bunga The Fed yang pada awal tahun diperkirakan turun pada Juni sementara saat ini ekspektasi pasar sudah mulai bergeser,” kata Valdy dalam webinar Indonesia Investment Education, dikutip Minggu (9/6/2024). 

Lebih lanjut dia mengatakan perubahan ekspektasi tersebut disulut oleh stagnannya inflasi karena peningkatan konflik geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah. 

Selain itu pelemahan saham bank juga disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini bahkan tembus Rp16.200 per dolar AS. Pelemahan rupiah ini berdampak pada kualitas aset bank yang bersangkutan serta berpotensi menekan laba bersih. 

Selanjutnya, pelemahan saham bank juga disebabkan oleh pertumbuhan kinerja kuartal I/2024 yang tidak sebaik tahun lalu. Hal itu, kata Valdy mempengaruhi psikologis pasar. 

Meski demikian, secara keseluruhan kondisi perbankan saat ini masih kuat. Hal itu dilihat dari capital adequacy ratio di sekitar 20% jauh dari ambang batas minimal yatu 8%, loan to deposit rate masih di atas 80%, serta pertumbuhan loan yang masih double digit

“Pertumbuhan loan masih double digit 10%-12%, sampai dengan akhir tahun bisa tumbuh sekitar 11-12% di tengah kondisi yang menantang,” kata dia. 

Kemudian NPL per Maret berada di kisaran 2,4%. Posisi ini menurut Valdy masih sangat sehat jika dibandingkan dengan kondisi tahun lalu yang berada di kisaran 2,6% hingga 2,7%. 

Di tengah kondisi tersebut, Valdy masih menyematkan buy untuk saham bank khususnya BBRI dengan potensi upside di atas 10%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper