Bisnis.com, JAKARTA - DJPPR Kemenkeu akan segera meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel Savings Bonds Ritel seri SBR013 dalam waktu dekat pada 10 Juni hingga 4 Juli 2024 (tentatif). Minat investor terhadap SBR013 pun diprediksi masih cukup tinggi, sejalan dengan pasar obligasi yang mengalami pemulihan.
Direktur & Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan minat tinggi terhadap SBN ritel berdasarkan pada imbal hasil yang menarik.
“Imbal hasil yang ditawarkan [SBN ritel] lebih menarik daripada bunga deposito,” ujar Ezra dalam kunjungannya ke Wisma Bisnis Indonesia pada Selasa (4/6/2024).
Sebagai gambaran, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat rata-rata tingkat bunga deposito rupiah seluruh bank stabil sebesar 4,07% pada April 2024. Lebih lanjut, suku bunga deposito bank berdasarkan kelompok bank dengan modal inti (KBMI), bunga deposito per April 2024 berada pada rentang 3,11% hingga 4,29%.
Adapun, bank dengan modal lebih tinggi menawarkan bunga deposito lebih tipis. Tingkat bunga deposito itu lebih rendah dibandingkan dengan imbal hasil SBN ritel yang mencapai lebih dari 6%, seiring dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada April 2024 ke 6,25%.
Pasar obligasi Indonesia pun mendapatkan katalis positif dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed yang diprediksi akan memangkas suku bunga acuan tahun ini. Sejauh ini, suku bunga The Fed masih ditahan di kisaran 5,25%-5,5%.
Baca Juga
Menurut Ezra, minat terhadap SBN dipengaruhi oleh kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral AS yang akan diikuti oleh Bank Indonesia (BI). Meskipun ekspektasi pelaku pasar tentang kebijakan moneter bank sentral telah bergeser, sentimen ini akan menggerakkan pasar secara signifikan.
Dia mengakui bahwa pasar diramaikan oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga secara agresif oleh The Fed. Pasar sebelumnya memperhitungkan peluang pemangkasan suku bunga acuan sebanyak lima kali pada 2024.
Namun, sejalan dengan kurangnya data pendukung kebijakan moneter longgar, ekspektasi pun memudar menjadi satu hingga dua kali pemangkasan saja sepanjang tahun ini.
Adapun saat ini, DJPPR Kemenkeu belum menentukan besaran kupon maupun kuota penawaran SBR013. Namun, jika dibandingkan pada seri sebelumnya yaitu SBR012 yang ditawarkan pada 19 Januari-9 Februari 2023, penjualan SBR012 tembus Rp22,18 triliun dari kedua seri.
Secara terperinci, SBR012-T2 tenor 2 tahun mencatatkan penjualan sebesar Rp16,73 triliun, sedangkan SBR012-T4 tenor 4 tahun terjual sebesar Rp5,54 triliun.
Kala itu, pemerintah menawarkan SBR seri SBR012-T2 dan SBR012-T4 dengan total target awal Rp10 triliun. SBR012-T2 memiliki tenor 2 tahun kupon 6,15%, sedangkan SBR012-T4 tenor 4 tahun memiliki kupon 6,35%.