Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perbandingan Return Tapera dengan Investasi SBN Ritel, Mana Paling Cuan?

Secara presentase, imbal hasil berinvestasi di instrumen SBN ritel lebih tinggi dibandingkan return tabungan Tapera periode setahun pada 2023.
Secara presentase, imbal hasil berinvestasi di instrumen SBN ritel lebih tinggi dibandingkan return tabungan Tapera periode setahun pada 2023. Dok Freepik
Secara presentase, imbal hasil berinvestasi di instrumen SBN ritel lebih tinggi dibandingkan return tabungan Tapera periode setahun pada 2023. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Polemik terkait iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) tengah menjadi sorotan publik. Hal itu sejalan dengan pengesahan Peraturan Pemerintah No. 21/2024 tentang perubahan atas PP No 25/2020 yang tentang Tapera yang diteken Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Berdasarkan ketentuan tersebut, simpanan peserta Tapera berasal dari pekerja yang menerima gaji, seperti pegawai negeri, BUMN, swasta, serta pekerja mandiri.

Iuran Tapera akan mulai ditarik dari pekerja pada 2027 mendatang, dengan besaran simpanan 3% dari gaji. Perinciannya, sebesar 0,5% ditanggung oleh pemberi kerja dan porsi pekerja mencapai 2,5%.

Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) pun telah bekerja sama dengan 7 manajer investasi untuk mengelola dana Tapera atau kontrak pengelolaan dana tapera (KPDT). Simpanan peserta dibagi tiga, yakni dana cadangan, dana pemupukan, dan dana pemanfaatan.

Pada akhir tahun lalu, Deputi Komisioner Bidang Pemupukan Dana Tapera Gatut Subadio mengklaim kinerja imbal hasil (return) dari pengelolaan dana Tapera meningkat signifikan pada 2023.

"Return gross peserta dalam setahun terakhir mencapai 5,48% [2023], naik 2,29% dari tahun 2022 sebesar 3,19%," ujar Gatut dalam keterangan resmi.

Portofolio investasi dana tapera didominasi Surat Utang Negara (SUN) dan tidak ada penempatan di saham. Lantas, bagaimana perbandingan kinerja return Tapera tersebut dalam setahun, dengan berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) ritel?

Sebagai perbandingan, pada 2023 kupon SBN ritel tertinggi jatuh kepada Sukuk Tabungan seri ST011 tenor 4 tahun dengan kupon sebesar 6,50% per tahun yang bersifat floating with floor.

Artinya, kupon ST011 itu bisa naik jika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) naik, namun tidak akan lebih rendah dari saat pertama kali diterbitkan.

DJPPR Kemenkeu merilis ST011 dalam dua tenor, yakni Tabungan seri ST011T2 tenor 2 tahun menawarkan tingkat kupon sebesar 6,30% per tahun dan seri ST011T4 tenor 4 tahun memiliki kupon 6,50% per tahun. Penjualan ST011 tembus Rp20,02 triliun dari kedua seri sepanjang akhir masa penawaran 6 November-6 Desember 2023.

Sementara itu, kupon SBN ritel terendah pada 2023 yaitu Obligasi Negara Ritel seri ORI023 tenor 3 tahun yakni sebesar 5,90% per tahun. Sementara ORI023-T6 tenor 6 tahun memiliki kupon sebesar 6,10% per tahun.

ORI023 juga laris manis diburu oleh investor dengan total penjualan sebesar Rp28,9 triliun dari kedua seri. Periode penawaran ORI023 berlangsung pada rentang 30 Juni-20 Juli 2023.

Artinya, jika dilihat secara presentase, maka imbal hasil berinvestasi di instrumen SBN ritel lebih tinggi dibandingkan return tabungan Tapera periode setahun pada 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper