Bisnis.com, JAKARTA - PT Xolare RCR Energy Tbk. (SOLA) menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Raja Ampat senilai Rp25,53 miliar.
Direktur Utama SOLA, Mochamad Bhadaiwi mengatakan SOLA telah merampungkan pembangunan PLTS melalui anak usaha PT Bumiraya Energi Hijau (BEH) senilai Rp25,53 miliar.
PLTS berkapasitas 495 KWp dan 2.000 kWh baterai yang dikerjakan oleh anak usaha SOLA tersebut dimiliki oleh perusahaan pertambangan nikel di Pulau Gag, yakni PT Gag Nikel.
“Pengerjaan proyek PLTS dengan nilai kontrak sebesar Rp25,53 miliar ini berlangsung selama lima bulan, termasuk konstruksi power house maupun jaringan distribusi tegangan rendah,” kata Bhadaiwi, dikutip Jumat (16/5/2024).
Nantinya, keberadaaan PLTS ini menjadi sumber listrik bagi kebutuhan town site pertambangan nikel perusahaan yang dikendalikan oleh PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) tersebut. Optimalisasi pemanfaatan sumber listrik dari tenaga surya ini diyakini bisa mengurangi konsumsi bahan bakar pada generator diesel berkapasitas 3x250kWh.
Bahkan, kata Bhadaiwi, penggunaan PLTS sebagai sumber energi terbarukan ini bisa menghasilkan listrik sebesar 876.76 MWh per tahun, sehingga akan mengurangi emisi CO2 mencapai 527,83 tCO2 per tahun.
Baca Juga
Lebih lanjut Bhadaiwi menegaskan, SOLA bertekad untuk mengembangkan bisnis secara ekspansif di bidang jasa konstruksi energi baru terbarukan (EBT), seiring dengan tren peningkatan permintaan terhadap energi ramah lingkungan.
“Pengembangan kegiatan usaha pada entitas usaha Perseroan ini penting, salah satunya bagi PT Bumiraya Energi Hijau yang menjalankan instalasi dan konstruksi pembangkit listrik tenaga surya,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, saat ini SOLA menargetkan pengerjaan sejumlah proyek Independent Power Producer (IPP) PLTS di PT PLN (Persero) dan PLTS Atap untuk konsumen komersial/industrial dan residensial dengan skema zero capex. Selain itu, Perseroan juga tengah membidik proyek-proyek konstruksi pembangunan PLTS di Indonesia, sejalan dengan komitmen SOLA untuk menjadi salah satu pemain utama di bisnis EBT.
Bhadaiwi optimistis, bisnis SOLA akan bertumbuh secara berkelanjutan mengikuti aktivitas perekonomian yang berorientasi ramah lingkungan. Terlebih lagi, tegas dia, sejauh ini kegiatan operasional Perseroan juga tidak terlepas dari upaya mendukung program pemerintah yang terkait dengan pembangunan infrastruktur energi, terutama pengembangan solar PV.
Seperti diketahui, sejauh ini energi surya menjadi salah satu sumber energi alternatif. Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi energi matahari di Indonesia mencapai 4,8 KWh/m2 atau setara 112.000 GWp, namun pemanfaatannya hanya sebesar 10 MWp. Saat ini pemerintah menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 sebesar 0,87 GW atau setara 50 MWp per tahun.