Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menguat ketika investor menanti data Amerika Serikat (AS). Batu bara dan CPO juga ditutup melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Mei 2024 di ICE Newcastle ditutup melemah -0,21% pada level US$144,95 per metrik ton pada penutupan perdagangan Kamis (10/5/2024). Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 juga melemah -1,47% ke US$143,95 per metrik ton.
Mengutip Reuters, ekspor dan Impor China telah kembali tumbuh pada April 2024, setelah mengalami kontraksi pada bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan peningkatan di dalam dan luar negeri, di kala China yang menghadapi berbagai tantangan perekonomian.
Diketahui bahwa pengiriman batu bata ke China pada April 2024 telah mencapai 45,25 juta metrik ton, mengalami peningkatan sebesar 11% jika dibandingkan tahun lalu.
Peningkatan ini terjadi lantaran para produsen listrik meningkatkan pembelian batu bara mereka menjelang musim “puncak konsumsi pendingin udara”.
Adapun berdasarkan laporan Bigmint, meningkatnya suhu di beberapa wilayah China juga diproyeksikan akan meningkatkan permintaan.
Baca Juga
Harga Emas
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas menguat 0,08% ke level US$2.348,19 per troy ounce pada awal perdagangan Jumat (10/5). Sedangkan, harga emas Comex kontrak Juni 2024 menguat 0,61% ke level US$2.354,40 per troy ounce.
Mengutip Reuters, para investor kini tengah menunggu data AS sebagai petunjuk mengenai posisi penurunan suku bunga oleh bank sentral Negeri Paman Sam, meskipun sedikit kenaikan pada dolar membatasi kenaikan lebih lanjut.
Dolar telah mengalami kenaikan tipis 0.1% di kala spekulasi baru penurunan suku bunga pada tahun ini. Dolar yang lebih kuat membuat emas menjadi kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.
"Pasar kemungkinan akan menunggu katalis untuk kenaikan tambahan, sedangkan penurunan tampaknya dibatasi oleh terbatasnya partisipasi pengelola uang," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
Investor kini juga menantikan data sentimen konsumen dari University of Michigan pada Jumat (10/5) dan komentar dari sejumlah pejabat The Fed.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada perdagangan Kamis (9/5) kontrak Juli 2024 melemah -39 poin ke 3.830 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kontrak Mei 2024 juga ditutup melemah -57 poin menjadi 3.900 ringgit per ton.
Mengutip Bernama, kontrak berjangka CPO memperpanjang penurunannya pada Kamis (9/5). Hal ini karena harga terbebani oleh melemahnya minyak nabati dan perdagangan yang berhati-hati, menjelang data minyak sawit pada April 2024 pada Jumat (10/5).
Kemudian, analis senior Fastmarkets Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, menuturkan pelemahan pada ekspor 1-10 Mei 2024 berkontribusi pada pandangan pesimis terhadap harga. Hal ini lantaran pasar memperkirakan ekspor akan turun sebesar 20%-25% dibandingkan dengan periode 1-10 April 2024.
Pedagang minyak kelapa sawit, David Ng juga mengaitkan kinerja CPO yang lebih lemah dengan kekhawatiran atas peningkatan produksi dan permintaan yang lemah dalam beberapa minggu mendatang, yang akan meningkatkan tingkat stok keseluruhan negara.
“Kami melihat dukungan di RM3.800 per ton dan resistensi di RM3.950 per ton,” katanya.