Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menghijau kala Tensi Israel dan Iran yang Memanas

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,85% atau 0,72 poin menjadi US$85,74 per barel.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.comJAKARTA - Harga minyak mentah telah meningkat lantaran adanya ketegangan di Timur Tengah yang meningkat yang dapat meningkatkan risiko gangguan pasokan dari wilayah penghasil minyak. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,85% atau 0,72 poin menjadi US$85,74 per barel . Harga minyak Brent kontrak Juni 2024 juga menguat 0,69% atau 0,62 poin ke US$90,36 per barel.

Mengutip Reuters, adanya kekhawatiran bahwa Iran akan membalas serangan yang diduga dilakukan oleh pesawat tempur Israel terhadap kedutaan Iran di Damaskus, telah mendukung harga minyak mendekati level tertinggi dalam enam bulan di minggu ini, walaupun ada faktor-faktor yang meredam seperti meningkatnya persediaan di Amerika Serikat (AS).

“Premi geopolitik semata-mata berkaitan dengan rumor dan bukan fakta," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM. 

Di lain sisi, harga minyak memangkas kenaikannya setelah Badan Energi Internasional (EIA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2024 dan memprediksi perlambatan lebih lanjut di tahun 2025. 

Kemudian, AS juga mengantisipasi serangan dari Iran ke Israel. Namun, menurut pejabat negara tersebut, serangan tersebut tidak akan cukup besar untuk menarik Negeri Paman Sam ke dalam perang.

Analis ING juga menuturkan bahwa mereka memperkirakan penurunan harga minyak, jika tidak ada peningkatan lebih lanjut di Timur Tengah atau gangguan pasokan.

"Kami mempertahankan perkiraan kami untuk Brent rata-rata $87 per barel selama kuartal kedua tahun ini,"terangnya. 

Selain itu, pejabat bank sentral AS yakni Federal Reserve memberi isyarat pada Kamis (11/4) bahwa pihaknya tidak akan terburu-buru untuk menurunkan suku bunga akibat inflasi masih berlanjut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper