Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas pada hari lebaran (10/4/2024) lagi-lagi menyentuh rekor all time high (ATH) akibat dorongan pembelian dan sentimen geopolitik. Sedangkan harga minyak mentah yang sempat ditutup lebih rendah, kini telah diperdagangkan dengan harga yang variatif.
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Rabu (10/4/2024), harga emas spot telah menguat 0,09% atau 2,01 poin ke US$2.354,79 per troy ounce pada pukul 07.04 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 juga menguat 0,43% atau 10,10 poin ke US$2.372,50 per troy ounce pada pukul 6.54 WIB.
Mengutip Reuters, emas telah memperpanjang rekornya pada Selasa (9/4) yang dipicu oleh momentum pembelian dan adanya risiko geopolitik. Fokus kini beralih pada risalah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve alias The Fed, untuk memperoleh informasi mengenai kapan penurunan suku bunga dilakukan.
Harga emas di pasar spot telah naik 0,3% menjadi US$2.346,57 per troy ounce pada pukul 01.06 WIB, setelah mencapai all time high pada US$2.365,09.
“Momentum pembelian teknis akan terus berlanjut di pasar emas kecuali data CPI keluar lebih tinggi dari perkiraan. Laporan inflasi yang lebih dingin dapat membawa harga ke US$2.400,” jelas kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, Phillip Streible dikutip pada Rabu (10/4/2024)
Berdasarkan data CME Group, pasar juga memproyeksi peluang penurunan suku bunga pada Juni 2024 sebesar 53%.
Baca Juga
Walaupun Analis pasar di City Index, Fawad Razaqzada, memiliki pandangan jangka panjang yang optimis terhadap emas. Namun menimbang kondisi saat ini ia memperkirakan bahwa akan terjadinya pembalikan arah bearish, bahkan mungkin hanya sedikit.
Harga Minyak Mentah
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,09% atau 0,08 poin menjadi US$85,31 per barel pada pukul 6.49 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Juni 2024 melemah -1,06% atau -0,96 poin ke US$89,42 per barel.
Mengutip Reuters, harga minyak ditutup lebih rendah seiring berlanjutnya diskusi mengenai gencatan senjata di Gaza. Namun, kerugian terbatas hingga kurang dari satu dolar per barel lantaran mediator Mesir dan Qatar menemui hambatan dalam upaya mereka untuk menemukan jalan keluar dari perang.
"Tanpa diakhirinya konflik, ada peningkatan risiko bahwa negara-negara lain, terutama Iran, produsen terbesar ketiga OPEC, dapat ditarik ke dalam perang," jelas analis pasar keuangan senior di City Index, Fiona Cincotta.
Diketahui bahwa Komandan angkatan laut Garda Revolusi Iran menuturkan bahwa mereka dapat menutup Selat Hormuz jika dianggap perlu. Sekitar seperlima dari volume total konsumsi minyak dunia melewati selat ini setiap hari.
Turki kemudian mengumumkan akan membatasi ekspor berbagai produk, termasuk bahan bakar jet, ke Israel sampai ada gencatan senjata. Israel mengatakan akan merespon dengan pembatasannya sendiri.
Perusahaan minyak negara Meksiko, Pemex, mengatakan akan mengurangi ekspor minyak mentah sebanyak 330.000 barel per hari (bph) pada Mei 2024, yang juga menambah kekhawatiran pada pasar.
Wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, Dennis Kissler, mengatakan bahwa meskipun ada penurunan harga minyak, prinsip utama dari pasokan yang semakin ketat masih sama. Hal ini dikarenakan adanya pemangkasan pasokan dari OPEC, pengurangan eskpor bahan bakar dari Rusia, dan ketidakstabilan geopolitik.