Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mencapai rekor tertingginya dan menguat 7 sesi beruntun seiring dengan aksi borong oleh sejumlah bank sentral dan ketidakpastian kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Harga emas Comex di New York Mercantile Exchange ditutup naik 0,3% ke US$2.331.70 per troy ounce, rekor penutupan tertinggi setelah mencapai rekor tertinggi intraday baru sepanjang masa di US$2.372.5 di awal sesi.
Laporan pekerjaan Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Jumat (5/4/2024) membuat investor mengevaluasi kembali potensi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga tahun ini. Harga emas terus naik, terlepas dari hubungan tradisionalnya yang erat dengan The Fed, kata broker SP Angel dalam sebuah catatan.
Harga emas mencapai rekor tertinggi pada hari Senin untuk sesi ketujuh berturut-turut, dipicu oleh pembelian bank sentral dan ketegangan geopolitik, sementara data ekonomi yang kuat gagal mengurangi daya tarik emas batangan.
Bank sentral China menambahkan 160.000 troy ons emas ke cadangannya pada bulan Maret. Turki, India, Kazakhstan dan beberapa negara Eropa Timur juga telah membeli emas tahun ini.
“Pasar memperkirakan penurunan suku bunga pada bulan Juni meskipun data ekonomi kuat. Namun, jika kita terus melihat data yang kuat, yang mengindikasikan bahwa Federal Reserve tidak terburu-buru menurunkan suku bunga, maka emas tidak akan mampu mempertahankan kenaikannya,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
Baca Juga
Melek menambahkan pembelian emas oleh bank sentral dan ketegangan geopolitik merupakan elemen pendukung lainnya terhadap harga emas.
Investor memperkirakan prospek 52% dari pemotongan 25 basis poin pertama suku bunga The Fed di bulan Juni, data CME Group menunjukkan. Namun, data menunjukkan pada hari Jumat bahwa pertumbuhan lapangan kerja AS melampaui ekspektasi pada bulan Maret, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai waktu penurunan suku bunga.
Impor perak India mencapai rekor tertinggi pada bulan Februari, karena bea masuk yang lebih rendah mendorong pembelian dalam jumlah besar dari Uni Emirat Arab, kata para pejabat kepada Reuters.
"Antisipasi pasar mulai mengejar emas, mendorong harga lebih tinggi. Sektor logam mulia secara keseluruhan mulai mendapatkan keuntungan dari harga emas yang begitu mahal saat ini," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.