Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Medco Energi (MEDC) Kantongi Dana Jumbo Rp3,1 Triliun dari Shell

MEDC meraih dana US$200 juta tas transaksi minyak mentah dari Shell International Eastern Trading Company.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten migas Keluarga Panigoro PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) meraih dana sebesar US$200 juta atau setara Rp3,1 triliun atas transaksi minyak mentah dari Shell International Eastern Trading Company Pte. Ltd. (SIETCO), bagian dari Shell Plc.

Sekretaris Perusahan Medco Energi Siendy K. Wisandana mengatakan dana tersebut merupakan uang muka jual beli transaksi minyak mentah yang diberikan SIETCO dengan nilai maksimal US$200 juta kepada Medco Energi Global Pte. Ltd, anak usaha perseroan.

“Perseroan memberikan penjaminan serta penanggungan atas pemenuhan kewajiban MEG [Medco Energi Global] dalam perjanjian tersebut,” ujar Siendy dalam surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (7/4/2024).

Dia juga menyatakan bahwa transaksi ini tidak memiliki dampak terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan.  

Dalam perkembangan lain, MEDC diketahui membukukan penurunan kinerja laba bersih menjadi US$330,67 juta, atau setara Rp5,10 triliun (kurs jisdor Rp15.439) pada 2023. Nilai ini turun 37,71% dibandingkan 2022 yang meraih laba US$530,88 juta.

Sementara itu, perseroan mencatatkan jumlah pendapatan senilai US$2,24 miliar atau setara Rp34,72 triliun. Perolehan ini juga terkoreksi 2,72% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Di tengah melemahnya kinerja pendapatan, MEDC mencatatkan kenaikan beban pokok dari posisi US$1,06 miliar pada 2022 menjadi US$1,21 miliar tahun lalu. Alhasil, perseroan mengakumulasikan laba kotor senilai US$1,03 miliar, turun 17,04% YoY.

Pada tahun ini, emiten Keluarga Panigoro tersebut menargetkan produksi minyak dan gas mencapai 145 mboepd, sedangkan biaya produksi migas ditargetkan di bawah US$10 per boe.

Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan panduan ini lebih rendah dari 2023 karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari pengurangan kontraktual hak partisipasi di PSC Koridor setelah Desember 2023, hingga permintaan gas yang lebih rendah di Singapura.

Adapun, untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) MEDC menyiapkan US$350 juta atau setara Rp5,57 triliun. Pada saat bersamaan, perseroan juga membidik penjualan ketenagalistrikan sebesar 4.100 giga watt hour dengan capex US$80 juta.

--

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper