Bisnis.com, JAKARTA - PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) mencatatkan penurunan laba bersih menjadi US$6,29 juta atau setara Rp106,97 miliar sepanjang 2023 (kurs jisdor Rp15.439).
Berdasarkan laporan keuangan, penurunan laba bersih tersebut bertolak belakang dengan kenaikan pendapatan. MBMA mencatatkan pendapatan sebesar US$1,32 miliar atau setara dengan Rp20,50 triliun. Pendapatan ini melambung 191,46% dari 2022 sebesar US$455,73 juta.
Pendapatan MBMA ditopang oleh penjualan NPI sebesar US$873,44 juta, nikel matte sebesar US$438,59 juta serta bijih nikel limonit sebesar US$16,29 juta.
Kemudian MBMA juga membukukan kenaikan beban pokok dari semula US$411,30 juta menjadi US$1,25 miliar atau setara Rp19,31 triliun. Beban ini melambung 204,09%. Adapun, MBMA juga mencatatkan kenaikan beban usaha menjadi sebesar US$30 juta.
Beban paling besar adalah biaya manufaktur yang mencapai US$1,22 miliar, disusul biaya pertambangan dan beban penyusutan masing-masing sebesar US$83,69 juta dan 35,94 juta.
Alhasil, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat turun sebesar 68,01% menjadi US$6,92 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$21,66 juta.
Baca Juga
Adapun per Desember 2023, MBMA mencatatkan kenaikan liabilitas menjadi US$953,58 juta dari posisi akhir tahun 2022 sebesar US$862,17 juta. Rinciannya adalah Liabilitas jangka pendek sebesar US$358,15 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$595,43 juta.
Sementara untuk ekuitas, MBMA memiliki modal hingga US$2,30 miliar jauh dari posisi 2022 sebesar US$1,55 miliar. Alhasil jumlah aset tercatat sebesar US$3,26 miliar atau lebih tinggi dari 2022 sebesar US$2,42 miliar.