Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Daya Tarik IPO Usai Pilpres & Dampak Negatif BI Rate 6%

Daya tarik penggalangan dana IPO usai Pilpres 2024 menjadi salah satu ulasan pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Sabtu (23/3/2024).
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA - Kendati kondisi poitik nasional jelang pelatikan Presiden baru pada Oktober 2023 masih akan diwarnai sejumlah drama, penggalangan dana di pasar modal lewat initial public offering atau IPO diproyeksi masih potensial.

Daya tarik penggalangan dana IPO usai Pilpres 2024 menjadi salah satu ulasan pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Sabtu (23/3/2024). Berikut selengkapnya. 

​1. Daya Tarik Penggalangan Dana IPO Usai Pilpres 2024

Keputusan KPU untuk kemenangan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka setidaknya telah memberikan keyakinan pada pelaku usaha untuk menjalankan bisnis ke depannya.

Kendati, pelaku pasar juga perlu mencermati kondisi politik nasional jelang pelantikan Presiden pada Oktober 2024 yang akan diwarnai sejumlah drama seperti hak angket, gugatan hasil Pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK), hingga kemungkinan unjuk rasa. 

Meskipun keputusan sudah disampaikan, namun pengumuman ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi pelaku pasar dan investor dalam memutuskan untuk melakukan IPO.

Selain itu, situasi dan kondisi dalam negeri juga akan menjadi perhatian, terutama dari sisi keamanan dan stabilitas politik. Meskipun begitu, Nico mengatakan saat ini 90% pelaku pasar sudah yakin akan arah perekonomian RI selanjutnya, hanya tinggal masalah momentum saja.

2. Kuda-kuda Angkasa Pura Optimalkan Ceruk Musim Mudik Lebaran 2024 

Operator penerbangan pelat merah yakni Angkasa Pura memproyeksi pemulihan jumlah penumpang sepanjang musim mudik Lebaran 2024 dibandingkan dengan periode sama sebelum prapandemi 2019. 

Dalam beberapa tahun terakhir, sektor aviasi mengalami turbulensi seiring dengan merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia. Situasi ini membuat masyarakat lebih memilih bertahan di rumah dan mengurangi frekuensi perjalanan. 

Langkah yang diambil tersebut berdampak langsung pada industri transportasi termasuk sektor penerbangan. Kini setelah tiga tahun melewati pagebluk, Angkasa Pura II memproyeksi pemulihan industri aviasi di sejumlah bandara utama. 

Penumpang pesawat di 20 bandara AP II pada angkutan lebaran 2024 diperkirakan lebih tinggi dari angkutan lebaran 2019 atau saat sebelum pandemi Covid-19. 

Tahun ini, jumlah penumpang pesawat secara kumulatif di 20 bandara AP II diproyeksikan mencapai 4,36 juta orang atau meningkat 12% dibandingkan dengan realisasi pada masa angkutan lebaran 2023 sebanyak 3,89 juta orang. 

3. Bitcoin Turun 10% dari All Time High, Ada Apa?

Harga Bitcoin melemah lebih dari 10% dari level tertinggi sepanjang masa, seiring dengan berkurangnya minat terhadap ETF Bitcoin spot. Para strategi dari JPMorgan Chase & Co. memperingatkan bahwa penurunan ini masih memiliki potensi untuk terus berlanjut.

Adapun, berdasarkan data dari CoinMarketCap pada Jumat (22/3/2024) Bitcoin kini mencatatkan harga sebesar US$65.887,49 pada pukul 07.23 WIB, melemah 3% dalam 24 jam terakhir..

Mengutip Bloomberg, kelompok 10 ETF Bitcoin mencatat aliran keluar terbesar dalam tiga hari terakhir sejak produk-produk tersebut diluncurkan pada 11 Januari 2024. Sementara itu, Bitcoin siap mengalami salah satu pekan terburuknya pada 2024, setelah mengalami penurunan 4%.

Ahli strategi JPMorgan, mengatakan bahwa Bitcoin masih terlihat overbought. Ia memperbarui seruan pada Februari 2024, untuk penurunan lebih lanjut menjelang peristiwa halving yang sangat dinantikan pada April 2024. 

Sementara itu, analis JPMorgan yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou dalam catatannya pada Kamis (21/3) mengatakan bahwa minat terbuka yang berkelanjutan pada CME Bitcoin berjangka  bersama dengan penurunan aliran ETF adalah sinyal bearish yang signifikan untuk mata uang kripto terbesar di dunia tersebut.

4. Dampak Negatif Suku Bunga BI Rate 6% ke Industri Pembiayaan

Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengungkap kemungkinan dampak suku bunga Bank Indonesia (BI) terhadap penurunan laba perusahaan pembiayaan.

Diketahui, BI masih mempertahankan suku bunga (BI rate) di level 6% yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19–20 Maret 2024. 

Sekretaris Jenderal APPI Sigit Sembodo mengatakan bahwa perjanjian pembiayaan bunganya selalu tetap. Dengan demikian, kemungkinan penurunan profit di tengah suku bunga BI tinggi bisa saja terjadi. 

“Jadi bisa saja terjadi [terkait penurunan profit], tetapi balik lagi setiap perusahaan. Kan mempunyai strategi funding dan strategi lending yang bisa saja berbeda,” kata Sigit.

Selain itu, Sigit menilai banyaknya hari libur pada periode semester I/2024 kemungkinan justru lebih berpengaruh terhadap permintaan kredit perusahaan pembiayaan. 

5. Menjaga Pertumbuhan Pembiayaan Kala Suku Bunga Tinggi

Respons pelaku industri pembiayaan atau leasing masih positif di tengah suku bunga yang tinggi. Mereka terhitung masih optimistis terhadap pembiayaan baru yang masih akan tumbuh. 

Sebelumnya, bank sentral atau Bank Indonesia telah mempertahankan suku bunga acuan pada level 6% selama lima bulan beruntun sejak Oktober 2023. Ketika suku bunga naik biasanya permintaan kredit dikhawatirkan melemah lantaran suku bunga yang ditawarkan tinggi.

Kendati demikian, perusahaan leasing, di antaranya,  PT BCA Finance tetap optimistis terkait dengan permintaan pembiayaan meskipun suku bunga masih tinggi. Hal itu menurutnya didorong oleh kondisi ekonomi dan politik yang sudah bagus, disertai masyarakat sudah mulai berani untuk belanja barang.

Adapun, penyaluran pembiayaan pada periode Februari 2024 masih baik. Bahkan pembiayaan baru pada periode tersebut mencapai Rp6,35 triliun, yang mana naik 17% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Bagaimana menjaga pertumbuhan ini di tengah suku bunga tinggi?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Rayful Mudassir
Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper