Bisnis.com, JAKARTA - Pasar saham dan obligasi pekan ini berpotensi akan terdampak hasil pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 19-20 Maret 2024.
Tim riset Infovesta mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan kemarin periode 13-15 Maret 2024 bergerak bearish sebesar -0,73% ke level 7.328,05. Pemberat laju indeks disebabkan oleh sektor keuangan turun -1,69% dan sektor energi turun -0,81%.
"Sementara itu dalam level saham, top market laggard dicatatkan oleh saham BBRI turun -5,91%, BREN turun -9,39%, dan TPIA turun -7,62%," ujar Tim Riset Infovesta, Senin (18/3/2024).
Adapun, sentimen dari Amerika Serikat yaitu defisit anggaran pemerintah AS meningkat menjadi -US$296 miliar pada Februari 2024 atau melebar 13% year-on-year (yoy).
Defisit anggaran pemerintah yang melebar disebabkan oleh level suku bunga The Fed ditahan cukup lama dalam level yang tinggi, sehingga memperbesar pembayaran bunga utang The Fed. Pelebaran defisit anggaran pemerintah AS mendorong tingkat ketidakpastian pasar.
Sementara itu, sentimen dari domestik, rilis survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun ke level 123,1 poin pada Februari 2024 dibandingkan 125 poin pada Januari 2024. Meskipun demikian, IKK tetap tergolong optimis didorong oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap ekonomi ke depan.
Baca Juga
Rilis data neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar US$0,87 miliar, meskipun mengalami penurunan surplus dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar US$2,32 miliar. Penurunan tingkat surplus diakibatkan oleh laju impor yang lebih cepat dari nilai ekspor.
Di pasar obligasi, Tim riset Infovesta mengatakan, terlepas dari Infovesta Government Bond Index naik +0,03% ke level 10.208,18, yield SUN 10 tahun justru naik +0,21% menjadi 6,74%.
Sentimen dari domestik cukup minim, namun sentimen kuat datang dari AS terutama rilis inflasi AS yang meningkat ke 3,2% yoy pada Februari 2024 dibandingkan 3,1% yoy pada Januari 2024.
"Laju inflasi yang cukup lambat untuk turun, mengonfirmasi The Fed masih belum cukup untuk memangkas suku bunga FFR dalam waktu dekat hingga level inflasi menyentuh di level 2%," katanya.
Jika melihat probabilitas potensi perubahan suku bunga acuan The Fed dari indikator Fed Fund Futures, terlihat bahwa pada FOMC Meeting periode Maret dan Mei 2024, pasar mengekspektasikan suku bunga acuan tetap akan dipertahankan di level 5,25% hingga 5,50%.
Kemudian untuk FOMC Meeting periode Juni 2024 baru ada potensi penurunan sebesar 25bps ke level 5% hingga 5,25% dengan probabilitas penurunan sebesar 55,2%.
"Dalam sepekan ke depan, pada pasar saham, investor diharapkan dapat memilih saham yang berpotensi membagikan dividen yang menarik. Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengkoleksi SUN. Investor dapat mengurangi porsi tenor jangka pendek dan menambah porsi tenor menengah hingga panjang," pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.